Konservasi Dibahas, Julang Emas Dilepas

Rabu, November 20, 2024
Sepasang burung julang emas di kandang habituasi. 

MALANG — Sebanyak 50 remaja dan pemuda meriung di bawah naungan rindang pepohonan di atas punggung bukit dekat air terjun Coban Jodo dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). 

Mereka merupakan mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Himpunan Mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Himpunan Mahasiswa Biologi Institut Teknologi Sepuluh November, Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Malang (Mapalipma), Birdpacker Indonesia, dan 10 remaja dari Green Youth Movement. 

Mereka menyimak dialog bertema “Saatnya Generasi Muda Paham Konservasi Keanekaragaman Hayati” sambil duduk lesehan di anjungan berbahan bambu dan papan di tepi jurang Coban Jodo, Dusun Bendolawang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Selasa, 19 November 2024. 

Kegiatannya dihadiri Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar TNBTS Koestriadi Nugra Prasetya, serta Mudi (pengamat burung dari Birdpacker Indonesia) sebagai narasumber, serta komika Dewangga Pribaditya sebagai host.

Puncak acaranya ditutup dengan pelepasliaran empat individu burung julang emas (Rhyticeros undulatus). Semua burung terdiri dari seekor burung jantan dan tiga ekor betina yang ditempatkan dalam dua kandang habituasi ukuran besar yang diselubungi jaring hitam atau paranet. 

Begitu kandang dibuka, keempat burung terbang melesat dan berputar sebentar di langit TNBTS hingga akhirnya mereka bertengger terpisah di dalam lindungan kanopi hutan.

Baca juga: Petugas KSDA Jawa Timur Dilatih Menangani Anak Lutung Jawa 

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha saat jadi pembicara kunci dalam dialog konservasi.

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan, keempat burung julang emas yang dilepasliarkan merupakan hasil penyerahan dari masyarakat di Bantul dan Sleman kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari dan Maret 2021, serta September-November 2022. 

Kondisi keempat julang emas masih anakan saat diserahkan warga kepada Balai KSDA Yogyakarta. Mereka kemudian dimasukkan ke Unit Perlindungan Satwa Bunder, Kabupaten Gunungkidul, untuk menjalani proses rehabilitasi selama dua hingga tiga tahun. 

“Pelepasliaran empat ekor burung julang emas ini bertujuan untuk memperkaya jenis burung dalam kawasan TNBTS,” kata Rudijanta. 

TNBTS dihuni 200-an jenis burung. Populasi julang emas dalam kawasan TNBTS belum dketahui. Burung ini pun relatif sangat susah dijumpai. Sepasang julang emas pernah dipotret oleh Koestriadi Nugra Prasetya pada Agustus 2019 dan perjumpaan terakhir dengan julang emas terjadi pada sekitar tahun 2020. 

Saya sendiri sempat melihat kemunculan julang emas sedang terbang saat mengikuti kegiatan pemantauan elang jawa (Nisaetus bartelsi) oleh TNBTS pada 31 Juli-4 Agustus 2013 di kawasan hutan Kecamatan Jabung, tepatnya di Dusun Cincing, Desa Sekarpuro, dan Dusun Bendolawang, Desa Ngadirejo. Inilah kegiatan pemantauan elang jawa yang pertama kali dilakukan sejak Balai Besar TNBTS resmi berdiri pada 14 Oktober 1982. 

Baca juga: Memantau Sang Garuda di Lereng Semeru

Menurut Rudijanta, kepadatan populasi satwa dalam kawasan (TNBTS) masih rendah sehingga tersedia cukup ruang bagi keempat julang emas untuk hidup di dalamnya. 

Area jelajah julang emas lebih luas dibanding burung lain yang umumnya berarea jelajah sempit. Area jelajah julang emas sebanding dengan jenis burung pemangsa (raptor) seperti elang. 

Kemunculan julang emas dalam kawasan TNBTS pernah dilihat petugas di wilayah kerja Resor Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Jabung, RPTN Coban Trisula (Poncokusumo, Kabupaten Malang), RPTN Taman Satriyan (Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang), serta RPTN Ranu Darungan dan RPTN Candipuro di Kabupaten Lumajang. 

Dialog konservasi yang diisi oleh Ibung (paling kanan) dan Mudi (tengah), serta dipandu komika Dewangga Pribaditya.

Koestriadi Nugra Prasetya alias Ibung mengatakan, tipe habitat dari seluruh lokasi perjumpaan julang emas dalam kawasan TNBTS cukup serupa, yaitu hutan hujan pegunungan tengah dengan jenis vegetasi berupa hutan campuran. Umumnya perjumpaan dengan julang emas tidak terjadi secara reguler. 

“Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pergerakan julang emas mengikuti ketersediaan pakan sehingga julang akan pindah jika pohon pakannya sedang tidak berbuah,” kata Ibung. 

Pohon pakan utama yang terpantau sering digunakan julang emas adalah pohon dari genus ficus atau ara (keluarga beringin). Mereka beberapa kali dijumpai secara berkelompok. 

Baca juga: BRIN Pakai Teknologi eDNA dan Bioakustik di Pulau Nusa Barong

Mudi menambahkan, julang emas berperan penting dalam rantai makanan. Peran utama julang emas adalah penyebar biji tumbuhan. Namun, populasi julang emas di alam cenderung menurun. Berkurangnya populasi julang emas disinyalir akibat perburuan liar. 

Swiss Winasis, pengamat burung sekaligus pendiri Birdpacker Indonesia, meyakini keempat julang emas mampu bertahan di alam TNBTS karena ketersediaan pakannya mencukupi. Julang emas pemakan buah-buahan hingga serangga. Sedangkan elang jawa maupun jenis burung raptor lainnya yang menghuni TNBTS bukan bukanlah pesaing julang emas. Elang juga tidak memangsa julang emas. 

“Kemungkinan yang bisa memangsa burung julang emas adalah macan tutul karena macan hunting (berburu)-nya malam hari. Ular juga bisa memangsa julang emas. Tapi, kalau elang, khususnya elang jawa, saya tidak pernah mendengar makan julang,” kata Swiss, yang juga pembuat aplikasi Burungnesia. 

Menurut Swiss, jumlah julang emas di Provinsi Jawa Timur relatif masih banyak. Asalkan ada hutan alami dengan tutupan hutan yang masih luas, sangat besar kemungkinan julang emas ada di dalamnya. Kondisi kontras justru dialami kerabat julang emas, yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros). 

Di Indonesia, julang emas tersebar di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali, termasuk di beberapa pulau lepas pantai. Populasi terbanyak rangkong badak terdapat di Kalimantan. Rangkong badak lebih langka ditemukan di Pulau Jawa. Di Jawa Timur, rangkong badak bisa dijumpai di Taman Nasional Berubetiri, Taman Nasional Baluran, dan Taman Nasional Alas Purwo. 

Bila julang emas punya preferensi habitat yang luas dan variatif, preferensi habitatnya rangkong badak lebih sempit karena rangkong badak sangat pemilih. Jenis makanan rangkong badak pun lebih sedikit dari julang emas. Begitu pun, rangkong badak dan julang emas sama-sama rentan diburu karena nilai ekonominya tinggi. 

Baca juga: Populasi Empat Satwa di Jawa Timur Diprioritaskan Bertambah

Status konservasi julang emas dalam Daftar Merah Uni Internasional untuk Konservasi dan Sumber Daya Alam (The International Union for Conservation of Nature/IUCN) adalah vulnerable alias rentan. 

Julang emas juga masuk ke dalam daftar Apendiks II Konvensi Internasional untuk Perdagangan Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora/CITES), yang berarti kondisinya belum terancam punah tapi perdagangannya dibatasi. ABDI PURMONO

Share this :

Latest
Previous
Next Post »