Kelima pejabat Al Azhar itu adalah Wakil Direktur Jenderal Bidang Ujian
Pendidikan Menengah Syekh Ahmad Abdul Adzim Muhammad Husain, Wakil Direktur
Jenderal Pendidikan dan Pengajaran Menengah Syekh Ahmad Khalifah Syarkowi,
Kepala Lembaga Eksternal Administrasi Pusat Ujian Syekh Muhammad Mahmud Ad
Dabes, Kepala Umum Bidang Asesmen Ustad Muhammad Abu Royyah Futuh, serta Kepala
Departemen Urusan Pendidikan Menengah Ustad Sayyid Muhammad Abdul ‘Ati.
Mereka meninjau langsung langsung fasilitas pendidikan, fasilitas pendukung
seperti masjid, asrama, olahraga, dan tempat makan. Mereka juga melihat
langsung proses pembelajaran di dalam kelas yang menggunakan kurikulum Al Azhar
sebagai salah satu kurikulum yang dipakai Thursina IIBS.
Acara tersebut turut dihadiri wakil dari Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah
(Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang); Pondok Pesantren Islamic
Center eLKISI (Desa Mojorejo, Kecamatan Panggung, Kabupaten Mojokerto), dan
Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al Fatih (Surakarta).
Syekh Ahmad Khalifah Syarkowi mengatakan, mereka mengunjungi Thursina untuk
memberikan pengawasan dan penilaian terhadap penerapan kurikulum Al Azhar yang
diterapkan di sekolah Islam modern terpadu yang berpanorama Gunung Arjuna dan
dikelilingi kebun jeruk itu.
Al Azhar bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan lembaga pendidikan
yang mewariskan ilmu Islam dari para penerus Nabi Muhammad. Ilmu Islam yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad diteruskan para sahabat yang kemudian
turun temurun dilanjutkan para pendahulu Al Azhar.
Menurut Syekh Syarkowi, ilmu Islam yang dipelajari dapat mencerahkan dunia
sebagai rahmatan lil alamin. Risalah ini diamanahkan kepada Al
Azhar dan kemudian Al Azhar menyebarluaskan risalahnya ke berbagai negara,
termasuk Indonesia. Banyak sekolah Islam modern di Indonesia menerapkan
kurikulum Al Azhar.
“Kita umat Islam yang membawa risalah Islam dan membawa wahyu Allah dan Rasulullah. Jadi pembelajar Al Azhar adalah pembelajar mulia yang mempelajari dua ilmu mulia, yaitu ulumul Qur'an dan ulumul sunnah,” kata Syarkowi di hadapan ratusan siswa dan guru Thursina IIBS.
Baca juga: Siswa Thursina IIBS Manfaatkan Hujan sebagai Energi Listrik
Tentu saja Syarkowi sangat senang mengetahui Thursina IIBS juga menggunakan kurikulum Al Azhar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu Islam di pesantren putra-putri modern yang baru berusia 8 tahun itu, dengan dengan berbasis pada penguatan akhlakul karimah.
“Dengan terbentuknya adab dan akhlak yang baik dan terpuji akan mencetak
pencari ilmu yang berkah baik di dunia dan akhirat,” ujar Syarkowi.
Chief of Thursina International Office Ustad Imam Awaludin
mengatakan, Thursina IIBS bersungguh-sungguh berupaya memfasilitasi para santri
yang ingin melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar di Mesir. Keseriusan ini
dibuktikan dengan penggunaan kurikulum Al Azhar bagi santri sekolah menengah
pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Penerapan kurikulum Al Azhar di
Thursina didukung oleh 30 persen guru lulusan Al Azhar.
Saat ini, jumlah guru dan staf di Thursina IIBS tahun ajaran 2022-2023
sebanyak 277 orang. Sedangkan santrinya berjumlah 1.090 orang, baik SMP dan
SMA. Mereka terdiri dari 590 santri putra dan 500 santri putri.
“Dengan menyediakan pengajar yang lulusan Al Azhar juga bentuk penghormatan
kami kepada Al Azhar sehingga ilmu-ilmu dari Al Azhar bisa langsung disampaikan
kepada santri dengan baik dan tepat,” kata Awaludin.
Baca juga: Siswa SMA Thursina IIBS Malang Manfaatkan Hujan Jadi Sumber Energi Listrik
Sehabis acara ceramah, perwakilan Al Azhar melakukan salat zuhur berjamaah di Masjid Thursina. Sehabis salat, Syekh Ahmad Abdul Adzim Muhammad Husain berkhotbah selama sekitar 5 menit.
Inti khotbahnya, kurikulum Al Azhar sangat menekankan Islam sebagai jalan tengah, sebagai ajaran universal yang menjaga keseimbangan, berada di tengah, tidak terjebak pada ekstremitas baik ke kiri maupun ke kanan, penuh toleransi, moderasi, menyelesaikan masalah dengan musyawarah, terbuka dan sangat menghargai kemajemukan. ABDI PURMONO
0 Komentar