Capaian perawatan kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Malang masih berkisar 60-70 persen dan dibutuhkan upaya bersama banyak pihak untuk mencapai angka ideal.
MALANG — Jumlah penderita tuberkulosis atau TBC di Kota Malang masih tinggi pada tahun 2022. Sedangkan angka temuan kasus tuberkulosis di kota yang sama masih di bawah standar Program Nasional Penanggulangan TBC.
Menurut
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif, angka minimal temuan terduga kasus tuberkulosis secara nasional 70 persen
dari total kasus, tapi capaian jumlah temuan kasus TBC di Kota Malang masih 60
persen.
“Makanya,
kami terus menerapkan strategi TOSS (temukan dan obati sampai sembuh) penderita tuberkulosis,” kata Husnul Muarif dalam
kegiatan diskusi terpumpun yang diadakan Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA)
Kota Malang di Hotel Savana, Kota Malang, Rabu siang, 18 Januari 2023. Kegiatan
ini turut dihadiri Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika.
Berdasarkan
dokumen laporan Analisis Situasi dan Kebijakan Program TBC Kota Malang Tahun
2022 yang dirilis Dinas Kesehatan diketahui temuan terduga kasus TBC pada tahun
lalu sebanyak 19.157 temuan. Dari seluruh temuan, diketahui warga yang positif
menderita TBC sebanyak 3.215 orang atau 16,8 persen dari jumlah temuan.
Rinciannya,
sebanyak 1.970 orang menderita TBC SO (sensitif obat) dari berbagai daerah yang
dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan Kota Malang. Dari jumlah ini,
penderita berstatus warga Kota Malang sebanyak 1.256 orang atau 63,75
persen.
Pasien
TBC SO adalah pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi atau tes
cepat molekuler (TCM) menunjukkan hasil masih sensitif terhadap obat
antituberkulosis (OAT) lini pertama.
Lalu,
ada 889 pasien TBC SO terkonfirmasi bakteriologis (pasien yang terbukti positif
pada hasil pemeriksaan contoh uji biologinya melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung). Dari jumlah ini, 621 orang atau 68,85 persen tercatat sebagai warga
Kota Malang.
Angka
yang memprihatinkan, jumlah anak penderita TBC SO sebanyak 248 orang, sebanyak
165 orang atau 66,53 persen di antaranya tercatat sebagai penduduk Kota
Malang.
Selanjutnya, terdapat 108 pasien TBC RO (resisten obat) dan 23 orang pasiennya terdata sebagai warga Kota Malang, serta sebanyak 71 orang menderita tuberkulosis HIV. Total, ada 84 orang meninggal selama pengobatan TBC sepanjang 2022 dan angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis baru mencapai 77,3 persen atau masih di bawah target kesembuhan nasional 90 persen.
Baca juga: Jumlah Penderita Tuberkulosis di Kota Malang Masih Tinggi
Husnul mengatakan, Dinas Kesehatan mustahil bisa mandiri menanggulangi penyakit tuberkulosis sehingga sehingga penanganannya membutuhkan kerja sama banyak pihak terkait, seperti YABHYSA dan LSM Panther (beranggotakan mantan penderita TBC), yang aktif melakukan penyuluhan tentang TBC, pelacakan kasus TBC, hingga mendampingi masyarakat yang membutuhkan pengobatan.
Kepala
YABHYSA Kota Malang Ruly Narulita menyatakan sangat siap membantu Pemerintah
Kota Malang menanggulangi TBC. Masalah terbesar yang mereka hadapi di lapangan
adalah persepsi masyarakat yang menganggap TBC sebagai aib sehingga mereka
enggan diperiksa maupun dibawa ke rumah sakit. Bahkan, sering ditemukan kasus
“penelantaran” anggota keluarga yang menderita TBC.
YABHYSA
Kota Malang mencatat berdasarkan data Global TB Report 2022, jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia cenderung naik dalam dua tahun
terakhir. Pada 2021 angkanya naik 8,4 persen dari 2020 dan lalu naik jadi 9,2
persen pada 2022, dengan jumlah rata-rata kematian (mortalitas) 144 ribu
kejadian per tahun. ABDI
PURMONO
Baca juga: 3 Alasan Penyakit Tuberkulosis Sukar Diberantas
0 Komentar