Suasana di Rumah Makan Tahu Sumedang Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Kamis, 12 Desember 2019. Foto-foto: ABDI PURMONO |
BONTANG — Tahu Sumedang identik sebagai kuliner Provinsi Jawa Barat dan
cukup gampang ditemukan di banyak kota besar di Pulau Jawa. Namun, kepopuleran tahu sumedang juga
sudah merambah ke luar Pulau Jawa.
Jika Anda berencana maupun sedang menempuh perjalanan sejauh 115 kilometer atau 3 jam bermobil dari Kota Balikpapan (kota terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Timur) ke Kota Samarinda (Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur), misalnya, Anda bisa beristirahat di Rumah Makan Tahu Sumedang Samboja. Lokasinya berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto. Luas Tahura ini 61.850 hektare.
Secara administratif, RM Tahu Sumedang Samboja berada di
tepi Jalan Nasional Soekarno-Hatta alias Jalan Poros Balikpapan-Samarinda atau
Jalan Poros Samarinda (tergantung dari arah kedatangan) di Desa Bukit Merdeka,
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
“Kalau dari Balikpapan, lokasi
ini disebut Kilo 50 atau Kilometer 50. Kalau dari Samarinda disebut Kilo 60. Di
sini paling ramai mobil dan pengunjung tiap Sabtu dan Minggu atau hari libur.
Tapi sehari-harinya juga lumayan ramai, enggak pernah sepi,” kata Sobirin,
salah seorang juru parkir yang saya jumpai pada Kamis sore, 12 Desember 2019.
Menurut Sobirin, pemilik dan
seluruh pekerja di RM Tahu Sumedang asli
orang Sunda dari Provinsi Jawa Barat. Seingatnya, pemilik sekaligus pengelola RM Tahu Sumedang bernama
Nanang Somantri.
Semula RM Tahu Sumedang Samboja mulai pukul 7 pagi sampai pukul 22.00
WITA (Waktu Indonesia Bagian Tengah). Namun, karena tiap hari banyak konsumen,
maka RM Tahu Sumedang buka
24 jam.
Beberapa pengunjung mengaku,
singgah di RM Tahu Sumedang untuk
istirahat, melaksanakan salat, dan makan. Ada beberapa tempat rehat di kawasan Tahura Bukit Soeharto, tapi RM Tahu
Sumedang RM Tahu Sumedang dipilih karena menunya variatif dan tempat parkirnya
luas.
“Kami sempatkan istirahat di sini
jika ke Samarinda atau Bontang. Bagi saya di sini bukan tempat istirahat biasa
karena lokasinya tepat berada di tengah jalan poros Balikpapan-Samarinda.
Pilihan lokasinya sangat strategis dan suasananya lumayan asyik,” kata Novi
Abdi, warga Balikpapan yang sedang menuju Bontang, Jumat, 13 Desember 2019.
Menurut Novi, pengendara mobil
pribadi dari Balikpapan biasanya mampir untuk menyegarkan diri karena butuh
konsentrasi tinggi sebelum melintasi jalan nasional berbukit dan berkelok-kelok
dalam kawasan Tahura Bukit Soeharto.
Sebaliknya, dari arah Samarinda
pengendara mampir untuk menyegarkan diri sebelum melanjutkan perjalanan ke
Balikpapan yang konturnya relatif lurus dan membosankan. Jalanan yang panjang
dan lurus cenderung membuat pengendara jadi mengabaikan batas kecepatan.
Tonton video: Jauh-jauh ke Bontang, Makannya Tahu Sumedang
Tonton video: Jauh-jauh ke Bontang, Makannya Tahu Sumedang
Hal senada disampaikan Poniran,
rekan Novi. Bagi pria berusia 49 tahun ini, keberadaan RM Tahu Sumedang Samboja menjadi sangat unik. Menurut dia, RM Tahu Sumedang Sambojo
dan warung-warung lain di dekatnya berada di wilayah administratif Kabupaten Kutai
Kartanegara (Kukar). Idealnya, makanan yang dijual atau ditawarkan kepada
masyarakat ialah kuliner khas Kukar.
“Faktanya kan tidak begitu. Di
sini justru tahu sumedang yang sudah sangat terkenal sebagai kuliner khas Jawa Barat. Tapi hal ini disikapi
positif saja bahwa tahu sumedang di sini justru memperkaya keragaman kuliner Nusantara di Kalimantan Timur,
khususnya di Kukar,” ujar Poniran.
Tahu jadi merek dagang sekaligus menu andalan utama. Tahunya biasa
dijual paketan Rp 25 ribu (isi 15 potong) sampai Rp 30 ribu (isi 30 potong).
Penjualan potongan tahu juga bisa disesuaikan
dengan kemauan pesanan di luar harga paketan. Kalau konsumen beli 10 potong, ya
tetap dilayani.
Selain tahu,
RM Tahu Sumedang juga
menjajakan banyak menu. Menu makanannya antara lain karedok, sop buntut, soto
bandung, ayam goreng, dan karedok. Menu gorengan, antara lain lumpia, pisang
keju, gemblong, dan bakwan.
Menurut Sobirin, si juru parkir,
RM Tahu Sumedang dulunya
merupakan Warung Bambu dan di seberangnya merupakan Rumah Makan Nusa Dua. Dua
warung itu kemudian dibeli pengusaha dari Jawa Barat dan diubah jadi RM Tahu Sumedang Samboja.
Berkat kepiawaian sang pemilik, RM Tahu Sumedang Samboja sukses
jadi salah satu rumah makan terlaris di Kalimantan Timur, khususnya bagi para
pelaju di jalan poros Balikpapan-Samarinda maupun Samarinda-Balikpapan.
Ketenaran RM Tahu Sumedang menginspirasi pengusaha lain mendirikan rumah
makan sejenis dengan.
“Sekarang cukup banyak
rumah tahu Sumedang. Ada
di Samarinda, tapi enggak seramai atau selaris di sini. Apalagi kalau pas
Lebaran, di sini pasti jadi lokasi posko atau pos pantau Lebaran
sekaligus rest area, di sini tambah ramai,” kata Sobirin.
Walau sudah sangat terkenal,
ternyata RM Tahu Sumedang Samboja sempat ditutup oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimatan Timur melalui Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura Bukit Soeharto pada 1 Juli 2018. Rumah
makan itu ditutup karena ada persyaratan izin yang belum dipenuhi.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor 48 Tahun 2010, ada enam izin usaha yang diperbolehkan di
kawasan taman hutan raya, termasuk Tahura Bukit Soeharto, yakni izin usaha
informasi pariwisata, pramuwisata, transportasi, perjalanan wisata,
cinderamata, serta makanan dan minuman.
Untuk mendapatkan izin, pemilik perorangan maupun badan usaha mengajukan
permohonan kepada UPTD Bukit Soeharto. Permohonan ditembuskan ke Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Beberap syarat yang harus dilengkapi,
antara lain, kartu tanda penduduk, Nomor Pokok Wajib Pajak, sertifikasi
keahlian hingga rekomendasi dari forum masyarakat untuk bidang usaha yang ingin
didirikan.
Nah, RM Tahu Sumedang Sambojo ditutup karena belum memenuhi syarat
pembentukan forum, yakni forum usaha jasa minuman, membentuk kelompok
masyarakat peduli api, serta kelompok tani. Setelah semua kekurangan syarat ini
dipenuhi, maka RM Tahu Sumedang Samboja
pun boleh beroperasi kembali hingga sekarang. ABDI PURMONO
0 Komentar