Pintu masuk Cagar Alam/Taman Wisata Dolok Tinggi Raja, Minggu, 2 Juni 2019. Foto: ABDI PURMONO |
Objek wisata Tinggi Raja belum tereksplorasi dan terekspos dengan baik, serta kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dunia wisata.
SELAMA ini penyuka jalan-jalan ke objek wisata mata air panas di Indonesia lebih kenal Gunung Patuha di Rancabali, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Gunung Patuha populer berkat kawah putihnya yang
lazim disebut sebagai Kawah Putih Ciwidey di ketinggian 2.434 meter di atas
permukaan laut.
Objek
wisata sejenis ada di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Penduduk
setempat dan para pehobi kegiatan alam bebas biasa menyebutnya sebagai Kawah
Putih Tinggi Raja atau Kawah Biru Tinggi Raja.
Nama itu nama umum. Resminya bernama Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, yang sebagian kawasannya telah berubah status jadi Taman Wisata Alam (TWA) Dolok Tinggi Raja pada 2018. Tinggi Raja masuk dalam wilayah kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Objek wisata ini sangat populer pada dekade 1980 dan 1990, tapi sekarang tidak lagi.
Kepala BBKSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi mengakui Tinggi Raja kalah populer dibanding Kawah Putih Ciwidey. Padahal, keberadaan Tinggi Raja sebagai kawasan konservasi sudah dilindungi raja-raja Simalungun sejak 1924 atau sejak Pemerintah Hindia Belanda berkuasa.
Nama itu nama umum. Resminya bernama Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, yang sebagian kawasannya telah berubah status jadi Taman Wisata Alam (TWA) Dolok Tinggi Raja pada 2018. Tinggi Raja masuk dalam wilayah kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Objek wisata ini sangat populer pada dekade 1980 dan 1990, tapi sekarang tidak lagi.
Kepala BBKSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi mengakui Tinggi Raja kalah populer dibanding Kawah Putih Ciwidey. Padahal, keberadaan Tinggi Raja sebagai kawasan konservasi sudah dilindungi raja-raja Simalungun sejak 1924 atau sejak Pemerintah Hindia Belanda berkuasa.
“Objek
wisata Tinggi Raja belum tereksplorasi dan terekspos dengan
baik. Makanya, sekarang kami ingin melakukan banyak pembenahan dan mencoba menerapkan pengelolaan seperti di Ciwidey,” kata Hotmauli kepada saya, Rabu sore, 26 Juni 2019.
Luas kawasan Tinggi Raja 167 hektare, yang 4
hektare di antaranya merupakan kawasan Kawah Putih, mata air panas beraroma
belerang. Secara administratif pemerintahan, Tinggi Raja berlokasi di Desa Dolok Merawa, Kecamatan Silau Kahean, dan
berbatasan dengan Desa Dolok Tinggi Raja di kecamatan yang sama.
Menurut
Hotmauli, Kawah Putih Tinggi Raja berlokasi di pelosok Kabupaten Simalungun dan terpaut jarak hampir 90
kilometer—tergantung pilihan rute perjalanan—dari pusat Kota Medan, dengan
kualitas jalan yang tak seluruhnya bagus sehingga menyulitkan pengunjung ke sana.
Saat ini, sebagian besar sarana jalan ke Tinggi Raja dari arah Medan-Lubuk Pakam-Galang-Bangun Purba-Dolok Silau sudah beraspal mulus. Selebihnya masih berupa jalan makadam. Jalan dibangun Pemerintah Kabupaten Simalungun pada 2018. Para pengunjung dari Medan sangat dianjurkan melewati rute ini karena waktu tempuhnya lebih cepat, sekitar 2,5 jam bersepeda motor dan 2 jam bermobil.
Saat ini, sebagian besar sarana jalan ke Tinggi Raja dari arah Medan-Lubuk Pakam-Galang-Bangun Purba-Dolok Silau sudah beraspal mulus. Selebihnya masih berupa jalan makadam. Jalan dibangun Pemerintah Kabupaten Simalungun pada 2018. Para pengunjung dari Medan sangat dianjurkan melewati rute ini karena waktu tempuhnya lebih cepat, sekitar 2,5 jam bersepeda motor dan 2 jam bermobil.
Saya bersepeda motor sendirian ke Tinggi Raja pada Minggu, 2 Juni 2019. Ini kunjungan kedua dan sekaligus jadi perjalanan nostalgia ke sana setelah kunjungan pertama 3-6 Desember 1995 atau hampir 24 tahun silam. Saking lamanya enggak ke sana, saya keliru mengambil rute perjanalan. Saya menempuh rute lewat Kebun Silau Dunia di Kecamatan Bintang Bayu, Kabupaten Serdang
Bedagai.
Itu sebetulnya rute memutar. Akibatnya, saya tiba di Tinggi Raja dalam waktu
hampir 5 jam. Selama 3 jam saya merasakan guncangan besar-kecil di jalan
makadam, kesasar beberapa kali, dan blusukan enggak keruan di
kebun sawit dan perkarangan belakang rumah penduduk.
Masuk Tinggi Raja cuma bayar Rp 5 ribu. Namun, perlu diingatkan, pengunjung jangan galau saat mengetahui ketiadaan
fasilitas di lokasi tujuan. Kata Hotmauli, baru tahun ini pihaknya berencana
membangun pondok peristirahatan, toilet, jamban, kamar mandi, tempat ibadah,
warung, dan area parkir.
Tonton video: Pesona Kawah Putih Tinggi Raja.
Tonton video: Pesona Kawah Putih Tinggi Raja.
Dia juga
berangan-angan membangun jembatan gantung untuk menghubungkan lokasi sumber air
panas dan belerang dengan Sungai Bah Balaklak—biasa juga disebut Sungai Bah Barakbak—di bawahnya.
Aliran
air panas belerang membentuk hamparan dan tumpukan kapur berwarna dominan
putih, hijau muda, dan cokelat di bagian atas sungai. Tumpukan yang sama juga
membentuk stalaktit atau batangan kapur berujung runcing yang menggantung
di tebing sungai. Stalaktit umum ditemukan di langit-langit gua.
Aliran
air panas belerang membuat suhu air sungai jadi sejuk-panas, makanya lokasi ini
menjadi favorit pengunjung untuk mandi-mandi.
Keinginan
membangun jembatan gantung juga ditujukan supaya pengunjung tidak lagi
mendekati dan menginjak-injak Kawah Putih. Pijakan pengunjung justru merusak
sumber-sumber mata air panas yang muncul di banyak titik.
“Kami
ingin bangun, tapi dananya belum ada. Kami sedang usahakan lobi ke beberapa
pihak,” kata Hotmauli, perempuan Batak yang juga Ketua Pengurus Provinsi
Indonesia Karate-do (Inkado) Sumatera Utara 2017-2022.
Foto-foto terkait: Pesona Kawah Putih Tinggi Raja yang Tak Kalah dengan Ciwidey.
Foto-foto terkait: Pesona Kawah Putih Tinggi Raja yang Tak Kalah dengan Ciwidey.
Selain
masalah ketiadaan sarana dan prasarana, pungutan liar masih jadi masalah paling
dikeluhkan para pengunjung.
Ongkos masuk Tinggi Raja memang murah sekali, hanya Rp 5
ribu. Duitnya untuk bayar parkir saja. Tapi, di sejumlah titik warga melakukan pencegatan
sepeda motor dan mobil pengunjung untuk menarik restribusi. Saat tiba di
lokasi, sejumlah pemuda setempat meminta ongkor parkir lebih dari Rp 5 ribu
untuk sepeda motor dan Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu untuk mobil, plus tiket
masuk antara Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu.
Ongkos tersebut belum termasuk “tarif jasa” pemandu selama berada di dalam lokasi. Pemandunya pria-pria muda yang biasa berkumpul di sebuah warung. Pengunjung bisa kena tarif mahal jika tidak menegosiasikan lebih dulu tarifnya.
Ongkos tersebut belum termasuk “tarif jasa” pemandu selama berada di dalam lokasi. Pemandunya pria-pria muda yang biasa berkumpul di sebuah warung. Pengunjung bisa kena tarif mahal jika tidak menegosiasikan lebih dulu tarifnya.
“Pemalakan
itu hanya ulah segelintir preman. Tapi itu jadi pekerjaan rumah kami untuk
membina dan melibatkan masyarakat supaya mereka memiliki kesiapan menyambut
para wisatawan demi kemajuan hidup mereka sendiri,” kata Hotmauli.
Untuk
mencegah pungutan liar, saat ini sedang dibangun kantor resor KSDA dan gapura
penanda kawasan wisata Tinggi Raja. Nantinya dibuatkan pos pendaftaran
pengunjung sekaligus tempat pengunjung membayar retribusi resmi.
Hotmauli
sangat berharap dukungan dan bantuan dari banyak pihak untuk membenahi segala
kekurangan. Dia memastikan Pemerintah Kabupaten Simalungun mendukung penuh
rencana pembangunan sarana dan prasarana dengan menggunakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Semua rencana besar itu juga dikoordinasikan dengan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara. ABDI
PURMONO
Artikel terkait hasil editan redaktur di Jakarta:
1. Wisata Kawah Putih di Medan Ingin Tiru Sukses Ciwidey Bandung
2. Air Panas Objek Wisata Tinggi Raja Berkhasiat, Batman Membuktikan
3. Beragam Pesona Taman Wisata Alam Tinggi Raja di Medan
4. Kisah Taman Wisata Alam Tinggi Raja, Amanat Para Raja Simalungun
2. Air Panas Objek Wisata Tinggi Raja Berkhasiat, Batman Membuktikan
3. Beragam Pesona Taman Wisata Alam Tinggi Raja di Medan
4. Kisah Taman Wisata Alam Tinggi Raja, Amanat Para Raja Simalungun
1 Komentar
Saya pertama ke ringgi raja 1984 masih kuliah, 2019 ingin bawa keluarga tp banyak biaya macam2 termasuk di jalan, wisata yg sungguh bagus kalau bisa di benahi dgn benar malah lebih bagus dr kawah putih di Bandung.... 👍
Balas