 |
PATEN kali dampak pemilihan presiden 2019. Ada orang yang menggampangkan masuk surga dengan hanya memilih calon tertentu.
Ada pula orang yang menyerukan jihad—pakai jargon hidup mulia atau mati syahid—dengan cara memilih calon lain. Orang yang berjihad dijamin masuk surga. Beda pilihan, tapi sama-sama berlomba masuk surga seolah-olah surga itu kavling perumahan yang bisa ditempati asal ada fulus.
Pilres pun memudahkan orang yang enggak punya malu menyebut dirinya sebagai tokoh agama dengan mengganti nama asli pribadi pemberian orangtuanya dan kemudian memakai nama depan “Abu” maupun nama lain yang kearab-araban. Lalu ia berdiri di kubu sebelah. Padahal ia abu gosok.
Pilres pun menggampangkan orang untuk mendapat gelar ustad dan ulama hanya berada di kubu seberang. Maaf, kok kesannya gelar ustad dan ulama jadi begitu murah dan murahan hanya gara-gara perkara politik duniawi yang sesaat. Yang begini ini enggak pernah diajarkan oleh guru mengaji dan guru madrasah saya.
Tapi itulah politik: bisa membuat kita mabuk kepayang dan tersesat. Politik juga bisa membuat orang merasa paling benar dan maunya menang sendiri karena memang pelupa; suka melupakan sejarah; enggak mau berguru dari pengalaman sebelumnya.
Apa yang mau kalian wariskan untuk generasi pelanjut setelah kalian mati?
Sebaiknya yang waras mengalah saja. Semoga Indonesia selalu aman, damai, rukun, dan bahagia.
Catatan:
Tulisan ini pertama kali saya publikasikan di laman Facebook pribadi saya pada Rabu, 19 September 2018, pukul 10.03 WIB.
0 Komentar