Tangkapan layar aksi unjuk rasa pelatih dan pemain Arema, Senin, 23 Mei 2011. Foto dan video: ABDI PURMONO |
HARI ini tujuh tahun silam.
Sepanjang yang saya tahu dan ingat selama saya bermukim di Kota Malang sejak 28 Oktober 2001, dalam sejarah klub
sepak bola Arema baru satu kali pelatih dan pemain Arema Indonesia melakukan
aksi protes dengan mendatangi tempat tinggal petinggi klub untuk menagih janji
pembayaran gaji.
Ceritanya begini.
Belasan pemain Arema
mendatangi rumah kediaman Ketua Yayasan Arema, Muhamad Nur, yang berlokasi di
Jalan Puncak Yamin Nomor 2, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota
Malang, Senin sore, 23 Mei 2011.
Rombongan
pemain menumpang bus Pion Transport bernomor polisi AA-1586-AA (nomor polisi
wilayah Kedu) dan tiba di depan rumah Nur pada pukul 15.05 WIB. Semula mereka
berencana mendatangi rumah Nur pukul 2 siang.
Aksi
itu dipimpin langsung oleh Miroslav Janu alias Miro, sang pelatih. Ofisial tim
yang tampak Tony Ho (asisten pelatih), Joko Susilo (asisten pelatih), Muhammad
Taufan (sekretaris tim), dr Albert Rudyanto (dokter tim), dan Mat Banteng
(sekuriti).
Para
pemain yang tampak Ahmad Bustomi, Yongki Aribowo, Zulkifli Syukur, Talaohu
Abdul Musafri, Esteban Javier Guillen Tejera (Uruguay), Roman Chmelo
(Slovakia), Roman Gollian (Slovakia), Aji Saka (kiper), Tomy Pranata, Sunarto,
Ahmad Amiruddin, Benny Wahyudi, Irfan Raditya, Wahyu Gunawan, Johan Ahmad Al-Farizi, Purwaka Yudhi, Waluyo, Hendra Ridwan, Juan Revi Auriqto, dan Ronny
Firmansyah.
Yang
tak ikut Achmad Kurniawan (kiper), Kurnia Meiga (kiper), Syaifuddin (kiper),
Hermawan, Leonard Tupamahu, Mochammad Fakhrudin, Dendi Santoso, serta dua pemain Singapura,
Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah. Ridhuan dan Alam Shah sedang menjalani
wajib militer di Singapura.
Lihat videonya: Aksi Unjuk Rasa Pelatih dan Pemain Arema.
Lihat videonya: Aksi Unjuk Rasa Pelatih dan Pemain Arema.
Kedatangan
mereka mengundang perhatian banyak orang. Muncul banyak celetukan, seperti “people
power” dan “kami belum gajian”. Adatnya orang bertamu, pemain pun memberikan
salam dari balik pagar, tapi tak seorang pun keluar. Hanya ada Toyota Crown
cokelat bernomor polisi B-2487-RU di teras rumah bertembok tinggi itu. Aksi
mereka berlangsung sekitar 25 menit.
Miro
mengatakan, kedatangan mereka untuk meminta pertanggungjawaban Muhamad Nur
terhadap nasib mereka. Intinya, pelatih dan pemain menagih hak-hak yang dijanjikan setelah
mereka memenuhi semua kewajiban sebagai pelatih dan pemain profesional dengan
dedikasi tinggi.
Sebaliknya,
ia dan para pemain sangat menyesalkan Muhamad Nur lebih sibuk mengurusi Kongres
PSSI daripada Arema. Miro menegaskan tak ada hubungan antara kepentingan Arema
dengan PSSI.
“Bukan
PSSI yang bayar Arema. Untuk apa dia sibuk mengurusi PSSI, tapi internalnya
(Arema) bagaimana. Itu harusnya dia urus dan pertanggungjawabkan. Harusnya dia
pulang ke Malang bawa uang untuk bayar gaji kami,” kata Miro.
Baca juga: Menyelamatkan Arema dari Kebangkrutan.
Baca juga: Menyelamatkan Arema dari Kebangkrutan.
Menurut
Rendra Kresna, Bendahara Yayasan Arema merangkap Presiden Klub Arema, tim Singo
Edan membutuhkan dana segar Rp 10 miliar hingga akhir kompetisi Liga Super
Indonesia.
Lebih
dari Rp 5 miliar akan dipakai untuk membayar gaji pemain yang bervariasi antara
2,5 bulan sampai lima bulan. Ahmad Bustomi menjadi contoh pemain nasional yang
tak bergaji lima bulan, masing-masing sisa gaji 2,5 bulan musim 2009-2010 dan
2,5 bulan gaji musim ini.
Aksi “people power” itu merupakan akumulasi dari serenteng masalah
internal Arema. Mayoritas masalah tersebut berkaitan dengan gaji, khususnya gaji pemain dan pelatih. Keuangan Arema stabil di era pengelolaan PT
Bentoel Prima, sejak 30 Januari 2003 hingga 3 Agustus 2009.
Sebelum Miro dan anak buahnya
melancarkan aksi “people power”,
manajemen dan pemain sebenarnya sudah berdamai. Manajemen menyanggupi pelunasan
tiga bulan gaji pemain. Sedangkan pemain pun bersedia memperkuat tim Singo Edan hingga akhir kompetisi Liga
Super Indonesia 2010-2011 pada Juli 2011.
Kesepakatan dicapai dalam
pertemuan antara Abriadi Muhara selaku Pelaksana Harian PT Arema Indonesia merangkap Asisten Manajer Arema Indonesia dengan Mohamad Noh Alam Shah alias Along, sang kapten yang mewakili seluruh pemain, di mes Arema di Jalan
Welirang, Kota Malang, Selasa siang, 15 Maret 2011.
Saat itu, kedua kubu diminta
Aremania menandatangani surat pernyataan bermaterai Rp 6 ribu sebagai jaminan
kedua kubu sudah akur dan siap memenuhi kewajiban masing-masing. Surat pernyataan
pemain ditulis Along.
Saya, Mohamad Noh Alam Shah, perwakilan antara pemain memohon jaminan pembayaran gaji tiap bulan dibayar tepat waktu dari tanggal 15 April sampai akhir kompetisi ILS (Indonesia Super League) 2010/2011. Kalau hak pemain tidak dipenuhi, maka pemain berhak melakukan apa pun yang menjadikan keputusan pemain. Malang, 15 Maret 2011.
Perdamaian kedua kubu disaksikan
200-an Aremania yang membaur dan bersesakan dengan sejumlah wartawan di ruang
tamu. Pendiri Arema, Lucky Adrianda Zainal, juga hadir dengan duduk di ruang
tengah.
Baca juga: Asa pada Sebatang Harmonika.
Baca juga: Asa pada Sebatang Harmonika.
Dan, Miro kini tak bisa lagi
menyaksikan dan mengikuti perjalanan klub yang pernah diasuhnya pada 2007 dan
musim 2010-2011 itu. Pelatih berkebangsaan Republik Ceko ini meninggal di
Surabaya pada Kamis, 24 Januari 2003.
Perlu pula diketahui, tim Arema
musim 2010-2011 resmi diperkenalkan kepada publik di kafe milik pengusaha Iwan
Kurniawan alias KT-52 pada Jumat, 24 September 2010. Di era inilah Arema punya
dua kiper kakak-beradik, Ahmad Kurniawan dan Kurnia Meiga Hermansyah.
Demikianlah sepotong sejarah
Arema yang bisa saya ceritakan. Semoga berguna bagi kemajuan dan kejayaan Arema
serta kemajuan persepakbolaan Tanah Air. Jangan pernah melupakan sejarah. ***
0 Komentar