Foto-foto: ABDI PURMONO |
MUKTI
mengaku ingin menjelajahi Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan berjalan
kaki selama 2 tahun. Penjelajahan ia mulai dengan meninggalkan rumahnya di Tugu
Kilometer Nol, Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Aceh, 12 September
2017.
Pria
43 tahun itu saya jumpai di sela-sela kemeriahan acara sarasehan dan reboisasi
yang diadakan Gimbal Alas Indonesia di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Acara ini berlangsung dua hari, sejak 31 Maret
dan berakhir pada 1 April 2018.
Nah,
Mukti saya jumpai di hari terakhir dan saya ajak berbincang di Pawon Pani, kafe
kepunyaan Andi Iskandar Zulkarnain alias Andi Gondronk. “Kalau sampai di sini
itu berarti sudah 7 bulan saya menjelajah dari tempat tinggal saya di Sabang
dan itu berkat kuasa Allah SWT,” kata Mukti.
Karena
mempercayai kekuasaan Sang Pencipta, Mukti hakulyakin perjalanannya lancar dan
selamat. Ia mengaku tak membawa bekal uang sepeser pun kecuali dua lembar
pakaian, jaket, celana, dan sajadah yang dimasukkan dalam tas. Sebenarnya, kata
dia, ia juga membawa kamera dan alat GPS tapi barang berharga itu dirampok 6
pria saat ia berada di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, sekitar 3 bulan
lalu.
Kamera
dan GPS milik Mukti merupakan hadiah yang diberikan Presiden Republik Indonesia
kelima, Megawati Soekarnoputri, saat mengunjungi Sabang untuk meninjau
perbaikan Tugu Kilometer Nol pada 2006.
Pria
yang bekerja sebagai porter di Sabang itu tidak cemas dan takut kehabisan
logistik. Ia bisa tidur di mana saja dan malah suka tidur di alam terbuka.
Sepanjang perjalanan, Mukti menjumpai banyak orang baik yang membantu dan
memberinya rezeki berupa makanan-minuman dan sesekali uang. Mukti pantang
meminta-minta, tapi ia juga pantang menolak pemberian orang.
Segala
penderitaan yang ia alami selama perjalanan belumlah seberapa dibanding duka
teramat dalam yang ditanggungnya: istri dan tiga anaknya meninggal saat Aceh
dilantak gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004.
Penderitaan
Mukti pun belum sebanding dengan penderitaan banyak orang yang ia temui.
“Negeri kita ini sebenarnya sedang sakit. Jangan sampai kita terpecah-belah
meski kita berbeda-beda. Kita harus bersatu dalam naungan Pancasila. Ini juga
motivasi saya menjelajah Indonesia selain untuk melupakan duka saya setelah
kehilangan anak dan istri,” ujar Mukti.
Mukti mengaku sudah terbiasa merasa sepi dan sendiri sejak kematian istri dan anak-anaknya. Karena itu pula ia tak peduli perjalanannya direkam maupun dipublikasikan oleh siapa pun. “Saya tidak harus halo-halo biar orang tahu saya keliling Indonesia dengan berjalan kaki,” kata dia.
Informasi selengkapnya bisa dilihat pada video berikut ini: Mukti Berjalan Kaki dari Sabang sampai Merauke.
2 Komentar
Pada hari sabtu (30/06/2018) pukul 18.05 WIB posisi mukti di Desa Gelam, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Saya bertemu beliau dengan kondisi sehat dan beliau melanjutkan perjalanannya.
Balas@AndangPraseteya: Terima kasih ya Mas untuk informasinya. Semoga perjalanan Mukti lancar dan selamat dari awal sampai akhir nanti.
Balas