Suasana sebelum peresmian objek wisata paralayang Gunung Tumpuk, Jumat, 2 Maret 2018. Foto-foto: ABDI PURMONO
MALANG
— Objek wisata olahraga paralayang di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur,
bertambah menjadi dua objek.
Objek
wisata paralayang pertama di Kabupaten Malang terletak di kawasan Pantai
Mondangan, Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, yang diresmikan penggunaanya
pada Maret 2017. Setelah di pesisir selatan, objek wisata dirgantara serupa
diresmikan di Gunung Tumpuk, Dusun Blandongan, Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang.
Peresmian
Objek Wisata Paralayang Gunung Tumpuk dilakukan bersama oleh Bupati Malang
Rendra Kresna dan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Julexi
Tambayong pada Jumat sore, 2 Maret 2018.
Turut
menghadiri Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Yade Setiawan
Ujung, Kepala Kepolisian Resor Malang Kota Ajun Komisaris Besar Asfuri,
Komandan Distrik Militer Letnan Kolonel Ferry Muzawwad serta sekitar 50 atlet Federasi
Aerosport Indonesia (FASI) Jawa Timur dari Tulungagung, Blitar, Tuban,
Bondowoso, Banyuwangi, Surabaya, Pasuruan, Jombang, Malang dan Batu.
“Kami
harapkan juga nantinya ada pemuda desa yang menjadi juara dunia olahraga udara
ini,” kata Rendra, seraya menambahkan pihaknya memang sedang fokus
mengembangkan wisata olahraga berbasis dirgantara.
Untuk
makin memudahkan akses ke lokasi, kata Rendra, Pemerintah Kabupaten Malang
berencana melebarkan jalan desa penghubung yang membentang di tiga wilayah
kecamatan, yakni Lawang, Singosari, dan Pakis.
Lawang
menjadi akses masuk terdekat bagi wisatawan dari Surabaya dan sekitarnya. Sedangkan
Singosari dan Pakis menjadi akses masuk bagi wisatawan dari Surabaya, wisatawan
warga Kota Malang, serta wisatawan dari luar Malang yang tiba di Stasiun Kota
Baru dan Terminal Arjosasi, serta wisatawan yang tiba di Bandar Udara
Abdulrachman Saleh. Dari pusat kota kecamatan Lawang, Gunung Tumpuk dijangkau
dengan waktu sekitar 45 menit. Sedangkan dari Bandar Udara Abdulrachman Saleh
dan pusat kota Malang masing-masing menghabiskan waktu tempuh sekitar 30 menit
dan 1 jam.
Pelebaran
jalan dilakukan Dinas Bina Marga. Sedangkan pengembangan dan pengelolaan objek
wisata dilakukan oleh Dinas Pariwisata bersama Dinas Pemuda dan Olahraga, serta
Komite Olahraga Nasional Indonesia selaku instansi yang menaungi Federasi
Aerosport Indonesia (FASI).
Julexi
Tambayong mengatakan, pengembangan Desa Sidoluhur menjadi desa wisata
dirgantara digagas oleh kepala desanya, Mulyoko Sudarsana. Saat menghadiri
acara di Pangkalan, Mulyoko memberitahukan potensi olaraga dirgantara di
desanya. Pihak Pangkalan lalu mengeceknya dan memastikan potensi tersebut memang
layak dikembangkan.
Menurut
Ketua FASI Jawa Timur itu, berbeda dengan konsep dan tujuan pengembangan
olaraga serupa di tempat lain, pengembangan objek wisata paralayang Gunung
Tumpuk di Desa Sidoluhur selain sebagai sarana olaraga dan destinasi wisata
dirgantara juga dijadikan pusat latihan strategi militer.
“Nanti
kami akan adakan simulasi taktik dan strategi militer menggunakan paramotor
bersama anggota Paskhas (Pasukan Khas) yang bermarkas di tempat kami,” kata
Julexi.
Latihan
dan simulasi itu nantinya dibuka untuk umum. Wisatawan dan warga yang berminat
mencobanya diberi kesempatan untuk terbang tandem bersama personel TNI Angkatan
Udara maupun instruktur sipil yang sudah berpengalaman. Kegiatan paralayang
akan terus digiatkan sampai nantinya menjadi pusat pelaksanaan kegiatan olahraga
dirgantara berskala nasional dan internasional.
Ketua
Paralayang Provinsi Jawa Timur Arif Eko Wahyudi menambahkan, lokasi paralayang
Gunung Tumpuk memiliki kelebihan berupa area lepas landas atau take-off yang luas sehingga para atlet bisa
leluasa menerbangkan parasutnya. Area lepas landas yang luas memudahkan bagi
atlet untuk mengambil ancang-ancang berlari sehingga akurasi terbang pun
semakin bagus.
Dia
membandingkannya dengan lokasi paralayang di Bukit Glodakan Tuban; Pantai
Mondangan di Kabupaten Malang; Gunung Banyak di Kota Batu, dan Gunung
Gemah di Kabupaten Tulungagung.
“Di
sini saya bisa terbang selama 2 jam, di tempat lain tidak bisa selama itu. Lokasi
Gunung Tumpuk ini sangat cocok untuk latihan akurasi ketepatan mendarat,” kata
Alfina, 19 tahun.
Kepala
Pembinaan Potensi Dirgantara Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Mayor (Nav)
Wahyu Pratomo Pujo Wahono menambahkan, bukan cuma luasnya lokasi take-off, panorama indah juga menjadi
kelebihan lokasi paralayang Gunung Tumpuk di gugusan pegunungan Malang bagian
utara. Berada di ketinggian 1.028 meter di atas permukaan laut, lokasi
paralayang bersuhu sejuk dan segar.
Kecepatan
angin pun relatif normal dan stabil sehingga bagus bagi atlet paralayang senior
dan junior sehingga bagus untuk mendukung ketepatan mendarat atau landing di titik pendaratan yang berlokasi
di Dusun Gunung Tumpuk. Tiupan angin didominasi berasal dari arah selatan.
Lokasi
paralayang Gunung Tumpuk berjarak sekitar 5,7 nautical mile atau 12-13 kilometer di utara Pangkalan Udara
Abdulrachman Saleh. Lantaran masih terhitung dekat dengan fasilitas militer
strategis, maka ketinggian terbang dibatasi setinggi 320 meter dari titik
pendaratan, dengan cakupan area terbang di sisi kanan dan kiri dari lokasi
lepas landas sejauh 1 kilometer dan jarak terbang terjauh arah depan 2 kilometer. Pembatasan dilakukan agar tidak mengganggu penerbangan militer dan sipil.
Dari
hasil ujicoba sejumlah atlet FASI, rata-rata waktu yang dibutuhkan dari lepas
landas sampai mendarat 3 menit. “Durasi waktu itu sudah bagus buat atlet,” kata
Pujo.
Pujo
menyebutkan, lokasi Gunung Tumpuk sebenarnya sudah dicoba untuk kegiatan
paralayang pada 2003 dan kemudian diseriusi pengembangannya dalam setahun
terakhir atas permintaan kepala desa setempat dan kemudian difalitasi Pangkalan
Udara Abdulrachman Saleh untuk kemudian dibantu Pemerintah Kabupaten Malang.
Untuk
membuktikan kelebihan lokasi paralayang Gunung Tumpuk, direncanakan pada April
mendatang diadakan kejuaraan ketepatan mendarat Piala Komandan Pangkalan TNI
Angkatan Udara Abdulrachman Saleh alias Danlanud Cup tingkat Jawa Timur. ABDI PURMONO
Artikel Terkait:
Gunung Tumpuk Menjadi Arena Wisata Dirgantara Baru di Malang.
4 Komentar
kemana aja saya baru tau kalau wisata paralayang bukan cuma di Gunung Banyak, Batu .. Huff. Makasi infonya Pak Abeeels
Balas@Wawa Yasuruna: Jangan khawatir, kamu tidak sendirian... Saya juga baru tahu kok ada lokasi paralayang di Malang bagian utara itu. Terima kasih ya...
Balasapik, wajib didukung
Balas@Nothing: terima kasih ya...
Balas