SAYA
bukan pakar kuliner. Lidah saya pun tak bagus dan sensitif untuk perkara
makanan dan minuman. Tapi saya memang suka dunia kuliner meski tak gila-gila
amat. Saya pun tidak sedang berniat dan bercita-cita menjadi pengganti
(almarhum) Bondan “Maknyus” Winarno. Sama sekali tidak begitu.
Dan,
alhamdulillah, senang saja bila video amatir bertema kuliner hasil kenekatan
dan otodidak yang saya buat mendapat respons bagus meski responsnya sangat sedikit. Responsnya berupa pertanyaan lewat jalur pribadi lokasi warung
yang saya videokan, serta informasi warung yang layak dijadikan kandidat untuk saya
videokan. Misalnya begitu.
Saya
tidak punya kriteria khusus untuk memvideokan sebuah warung. Saya pun tak fokus
pada citarasa dan cara membuat sebuah makanan. Itu bukan keahlian saya meski
bisa dipelajari pelan-pelan. Saya lebih fokus pada kisah si pengusaha yang
semoga bisa menjadi inspirasi bagi orang lain agar enggak gampang menyerah
alias gigih berusaha. Saya fokus dulu pada “kisah jurnalistik” dari tiap video yang mau saya buat. Saya sangat
menyadari tidak mempunyai keahlian layaknya chef tikus dan kritikus kuliner di film Ratatouille.
Syukur
alhamdulillah lagi, dua video kuliner saya, yaitu Warung Orem-Orem Bapak Mahmudi dan Warung Pangsit Mie Pak Ri, menjadi video pertama bagi kedua
pengusaha warung kelas UKM yang sebenarnya sangat laris tapi masih sangat minim
dan bahkan mungkin belum pernah dipublikasikan lewat media massa dan media
sosial. Begitulah sejauh yang saya tahu setidaknya lewat pelacakan di Youtube.
Misalnya begitulah...
Walau
tanpa kriteria yang jelas dan pakem, warung yang bisa saya videokan setidaknya
memang laris dilihat dan dirasa langsung oleh saya, serta warungnya berusia
minimal 20 tahun. Kenapa 20 tahun? Saya anggap itu usia yang sudah sangat
matang alias mapan bagi sebuah usaha.
Nah,
kawan, sahabat, dan sodara sekalian, saya sedang belajar membuat video untuk
ditayangkan di kanal milik saya yang bernama Batikimono. Nama ini sama dengan nama blog pribadi yang saya buat pada November 2008. Karakter dan konten video yang saya buat enggak jauh beda dengan blog dan akun Instagram saya. Tema video saya beragam, tidak
dikhususkan untuk satu-dua tema. Makanya saya pun membuat video di luar tema
kuliner.
Saya
nekatan dan otodidak bikin kanal di Youtube, maka hasilnya saya sadari sangat berkelas
amatiran. Sejak 13 Januari 2018, baru 5 video yang saya hasilkan. Video pertama saya tentang air terjun Tumpak Sewu yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang alias di selatan Provinsi Jawa Timur.
Saya tidak
mengejar tanda like dan jumlah penonton yang melimpah. Suka silakan ditonton, enggak suka silakan diabaikan. Yang jelas saya menjaga betul etika dalam membuat video walau video saya enggak wah dan wow banget. Buat
apa bikin video dengan judul heboh dan bombastis biar diklik banyak penonton,
tapi ternyata isinya enggak nyambung dengan judulnya dan lebih cilaka lagi ternyata isinya mengandung
ujaran kebencian dan hoaks. Berburu click bait bukan watak dan tujuan saya membuat video dan blog.
Begitu
pun, tentu saya sangat senang bila Anda bersedia menonton video saya, apalagi
meninggalkan komentar, berbagi video, atau kemudian berlangganan (subscribe) untuk bisa menonton video
lainnya di kanal saya. Tanpa like, share,
dan subscribe bukanlah masalah bagi
saya. No “baper” no cry. Yang penting
video saya ada manfaatnya bagi Anda meski manfaatnya hanya sekecil butiran
potongan kolangkaling dan secair cendol tanpa es.
Terima
kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat ya...
4 Komentar
Video singkat dengan Contain yang menarik
Balas@rahmat adjie: terima kasih ya. Syukurlah video amatir pendek yang saya buat bermanfaat juga buatmu.
BalasDitunggu video-video lainnyaa :)
Balas@Rach Alida Bahaweres: baru aplot satu video lagi, video yang ketujuh. Terima kasih ya...
Balas