Sumber: Amazon.com |
Bangsa Somalia adalah bangsa penyair. Mereka menggunakan puisi untuk menyelesaikan perselisihan.
JAY
BAHADUR seorang pemuda Kanada yang baru menamatkan studi sekolah menengah atas
dan sangat berambisi menjadi seorang jurnalis yang hebat. Maka, ia pun
ingin berstudi jurnalistik di Universitas Harvard untuk mendapatkan gelar
jurnalis.
Namun,
perkenalan dengan Seymour Tolbin, pensiunan The Daily Mail, membuat Jay
membatalkan kuliah. “Kau ingin menjadi wartawan yang hebat? Kau harus pergi ke
suatu tempat yang gila. Persetan Harvard,” kata Seymour.
Ucapan
jurnalis idolanya itu begitu sugestif. Singkat cerita, pemuda kelahiran 1984
itu berangkat ke Somalia, salah satu negara paling berbahaya di dunia. Pada
masa itu (2007-2009) tak ada seorang pun jurnalis asing berada di Somalia. Para
bajak laut begitu berkuasa. Kekuasaan mereka nyaris melebihi kekuasaan Presiden
Somalia.
Orang
Somalia menyebut para bajak laut sebagai badaadinta badah alias
penjaga laut. Mereka layaknya Robin Hood yang merampok kapal-kapal asing yang
dianggap telah mencuri kekayaan laut Somalia atau bertindak kurang ajar dengan
seenaknya memasuki perairan Somalia.
Jay
enam bulan di Somalia. Selama di sana dia menawarkan laporannya ke beberapa
media dan penerbit. Tawaran Jay ditolak. Jay hampir berputus asa. Tapi Abdi, sahabat sekaligus penerjemahnya, tetap sabar dan selalu memberi semangat supaya Jay tetap membukakan pengalaman hidup dan mengabarkan hasil reportasenya selama di Somalia agar dunia tahu bahwa Somalia bukanlah negara perompak dan teroris.
Alhasil,
Jay menjadi jurnalis terkenal di Kanada. Karya Jay membuka mata Dunia Barat dan
Amerika Serikat mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Somalia.
Bahkan, berkat karya Jay pula, pada 2013 pemerintah Amerika Serikat membangun kembali
hubungan kenegaraan untuk pertama kalinya dengan pemerintah pusat Somalia
setelah 20 tahun putus hubungan diplomatik.
Kisah
nyata Jay Bahadur difilmkan dengan judul The Pirates of Somalia. Film ini
diadaptasi dari buku karya Jay yang berjudul The Pirates of Somalia: Inside Their
Hidden Word (2012).
Enggak
ada salahnya kawan sekalian menonton film tersebut. Setidaknya, dengan menonton
film itu, kita tahu bahwa sejatinya bangsa Somalia adalah bangsa penyair.
Selama sejarah mereka, para penyair Somalia diharuskan membela kehormatan klan.
Mereka menggunakan puisi untuk menyelesaikan perselisihan.
Kondisi
Somalia berubah total pada abad ke-20. Inggris dan Italia menjajah Somalia.
Penjajahan ini mewariskan perang sipil yang mengakibatkan jutaan orang Somalia
menjadi pengungsi di negara tetangga. Mereka yang bertahan mengalami
kekeringan, kebanjiran, dan kelaparan.
Film The Pirates of Somalia ditutup dengan pernyataan Jay di depan komite pertahanan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), 18 Maret 2012:
Film The Pirates of Somalia ditutup dengan pernyataan Jay di depan komite pertahanan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), 18 Maret 2012:
"Yang mereka butuhkan adalah pengakuan oleh kalian semua, (memandang Somalia) sebagai kebudayaan yang sangat rumit, tapi juga terhormat."
"Yang kupinta adalah kalian mulai melihat Somalia dengan cara berbeda. Bukan begitu banyaknya mereka melawan kita, tapi lebih melihat Somalia seperti saat kita muda..." ABDI PURMONO
4 Komentar
Saya sudah nonton Filmnya Pak. Kerennya pakai banget. Film ini meyakinkan saya untuk mengakui kekuatan sebuah tulisan (laporan jurnalistik) dalam memengaruhi berbagai kebijakan dan pandangan publik.
BalasTerima kasih @Mirza Bareza. Kalau enggak keren, tidaklah berani saya promosikan. Kalau pun enggak dianggap keren oleh penonton lainnya, ya bebas saja orang menilainya begitu.
BalasSaya baru nonton film ini. Bagus sekali sebagus Captain Philips. Kira2 buku Jay Bahadur ini sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia?
Balas@sugihartono ahmad: terima kasih untuk komentarnya. Mohon maaf baru balas. Soal buku itu, sejauh yang saya tahu belum ada buku terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Balas