Foto: Dokumentasi FTP UB |
Etrovice adalah perangkat untuk menaikkan produktivitas tanaman dan memangkas masa panen.
SUARA gamelan Kebo Giro mengalun lembut di dalam screen
house alias rumah paranet tanaman sawi daging seluas 200 meter persegi di Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Luas Desa Tulungrejo 807
hektare dan berada di ketinggian 1.150 meter dari permukaan laut.
Lantunan gamelan
bersumber dari kotak kontrol atau kotak kendali bernama Etrovice (electroculture vegetable device) yang
terpasang di empat sudut rumah paranet.
Etrovice
dibuat empat mahasiswa Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya, Malang. Beranggotakan Sintya Laylie
Mukaromah, Danar Wicaksono, Khurun In Nur, dan Aziz Iman W., penelitian mereka dibimbing
dosen Joko Prasetyo dan masuk dalam 109 Inovasi Indonesia 2017.
“Etrovice adalah
perangkat untuk menaikkan produktivitas tanaman dan memangkas masa panen,” kata
Sintya kepada saya di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian FTP UB, Selasa, 10
Oktober 2017.
Pembuatan perangkat
dibiayai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi. Perangkat yang menghabiskan biaya Rp 7 juta ini memanfaatkan teknologi cahaya monokrom dan musik
(teknologi sonic bloom), yang
dilengkapi lampu light emitting diode
(LED) dan pengeras suara. Kotak kendalinya terbuat dari bahan anti-air yang
mengatur kerja perangkat secara otomatis.
Energi
cahaya bersumber dari empat rangkaian lampu LED merah dan biru dengan
perbandingan 1:1. Satu rangkaian terdiri dari 52 lampu LED. Tiap lampu berdaya
kurang dari 5 watt.
Kata Sintya,
musik apa pun bisa dipakai asalkan frekuensinya 3.500-5.000 hertz. Mereka memasang
Kebo Giro, musik yang biasa dipakai mengiringi pasangan pengantin di Jawa
Tengah, untuk melestarikan musik tradisional.
Seluruh pengeras
suara diarahkan ke tanaman. Jumlah pengeras suara bisa ditambah atau dikurangi
sesuai dengan kebutuhan. Musik gamelan diputar dua kali, yaitu mulai pukul
04.30 sampai 09.30 WIB (masa proses fotosintensis tanaman sangat optimal),
serta mulai pukul 16.00 sampai 20.00 WIB. Sumber listrik Etrovice
berasal dari panel surya yang dayanya disimpan di dalam aki 12 volt.
Pemancaran
suara ditujukan untuk mengimbangi kekurangan cahaya saat petang dan malam hari.
Pemutaran musik gamelan kedua dari sore sampai malam tadi disertai dengan
penyalaan cahaya monokrom. Cahaya dipancarkan dari pukul 17.00 hingga 20.00
WIB. Pemberian cahaya tambahan ini ditujukan untuk memperpanjang waktu
fotosintensis.
Cahaya
biru dan merah dipilih dengan alasan bahwa spektrum cahaya matahari sangat variatif,
tapi sebenarnya tumbuh-kembang tanaman sudah cukup dipenuhi oleh warna merah
dan biru. Cahaya merah dan biru memiliki panjang gelombang yang paling optimal yang bisa diserap tumbuhan selama
berfotosintesis. Cahaya merah dan biru juga
dapat memperlebar diameter batang dan mempercepat pembentukkan hormon auksin pada
tumbuhan.
Etrovice
bisa diterapkan pada semua tanaman sayuran, seperti wortel, kentang, sawi,
seledri, dan cabai. “Diujicobakan pada sawi daging karena kebetulan petani yang
jadi mitra kami menanam sawi itu sesuai musim tanam yang berlaku di sana,” ujar
Khurun.
Hasil
pengujian Etrovice sepanjang Mei-Juni menunjukkan adanya peningkatan morfologi
sawi hingga 42,4 persen. Masa panen pun bisa lebih cepat. Produktivitas tanaman
juga meningkat hampir dua kali lipat. Sawi yang dipapar suara dan lagu dari
Etrovice memiliki berat basah 358,8 gram atau naik dari 247,3 gram tanpa Etrovice.
Dengan
Etrovice bisa dipanen sawi sebanyak 160,67 kilogram dalam tempo 34 hari. Sebelumnya,
tanpa Etrovice, hanya dipanen 97,22 kilogram dalam waktu 2 bulan. Jadi,
penggunaan Etrovice bisa meningkatkan produktivitas tanaman hingga 65 persen
dan memangkas masa panen sampai 50 persen.
Panen Sawi
|
Dengan Etrovice
|
Tanpa Etrovice
|
Berat
basah
|
358,8
gram
|
247,3
gram
|
Total
bobot
|
160,67
kilogram
|
97,22
kilogram
|
Masa
panen
|
34
hari
|
60 hari (2 bulan)
|
Danar
mengatakan ide riset muncul pada Agustus tahun lalu, yang dilatarbelakangi masalah-masalah
yang lazim dihadapi petani sayuran Kota Batu. Kota ini berada di dataran tinggi
yang minim cahaya matahari dan cepat tertutup kabut.
Akibatnya,
tanaman mengalami etiolasi, yakni pertumbuhan tanaman sangat cepat, tapi
menjadi menjadi lemah dengan daun kecil dan pucat. Kadar kehijauan daun atau klorofilnya
rendah sehingga tanaman memiliki fisik kerdil dan kurus.
Selain
faktor cuaca, curah hujan yang tinggi justru menghambat pertumbuhan dan malah
sebaliknya bisa merusak tanaman.
Kedua,
curah hujan yang tinggi justru menghambat pertumbuhan dan malah bisa merusak
tanaman.
Danar
dan kawan-kawan juga menyatakan membuat Etrovice karena terinspirasi penelitian sejenis oleh dosen pembimbing mereka, Joko Prasetyo, saat kuliah di Institut
Pertanian Bogor. Selama ini riset penggunaan suara lebih banyak ditujukan
kepada satwa dan manusia, tapi masih sangat langka ditujukan kepada tanaman. ABDI
PURMONO
Catatan:
Laporan Etrovice dari saya diedit redaktur dan kemudian dipublikasikan di rubrik Inovasi Majalah Tempo Edisi 16-22 Oktober 2017, halaman 16, dengan judul Cahaya dan Lagu untuk Tumbuh.
0 Komentar