Banteng jawa (Bos javanicus) di dalam kawasan Taman Safari Indonesia 2 atau Taman Safari Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Sabtu, 26 Mei 2011. (Foto: ABDI PURMONO)
|
MALANG
— Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur memprioritaskan penambahan
populasi empat satwa liar yang hidup di dalam kawasan konservasi.
Keempat
satwa liar itu adalah elang jawa (Nisaetus bartelsi), banteng jawa (Bos javanicus), kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea abbotti), dan rusa bawean (Axis kuhlii).
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur Ayu Dewi Utari mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan langsung di alam sepanjang 2013-2016 diketahui, dari empat spesies prioritas itu populasi banteng jawa mengalami penurunan drastis. Kondisi ini mengkhawatirkan. Populasi rusa bawean juga berkurang, tapi berkurang dalam jumlah sedikit.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur Ayu Dewi Utari mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan langsung di alam sepanjang 2013-2016 diketahui, dari empat spesies prioritas itu populasi banteng jawa mengalami penurunan drastis. Kondisi ini mengkhawatirkan. Populasi rusa bawean juga berkurang, tapi berkurang dalam jumlah sedikit.
“Populasi
elang jawa dan kakatua jambul kuning sedikit meningkat, tapi hasil itu sudah
menggembirakan,” kata Ayu kepada saya, Senin, 16 Januari 2017.
Pemantauan
banteng jawa dilakukan di Hutan Lindung Londo Lampesan, Kabupaten Jember; Hutan
Lindung Lebakharjo, Kabupaten Malang, serta Perkebunan Trebasala di Kabupaten
Banyuwangi.
Hasilnya,
jumlah banteng terpantau terus menyusut. Banteng yang terpantau pada 2013
berjumlah 50 ekor. Jumlah banteng terpantau berkurang jadi 47 ekor pada 2014,
lalu berkurang lagi pada 2015 dan 2016, masing-masing sebanyak 39 dan 22 ekor.
Penurunan
populasi banteng karena habitatnya terdesak oleh kehadiran perkebunan. Secara
alamiah, populasi banteng juga berkurang karena dimangsa kawanan ajag (Cuon alpinus), anjing
hutan yang fisiknya hampir mirip dengan serigala atau Canis
lupus.
Sedangkan
jumlah rusa bawean sedikit berkurang dan penurunan jumlah ini belum
mengkhawatirkan karena kegiatan reproduksi rusa lebih cepat dibanding banteng.
Pemantauan
rusa bawean dipusatkan di Cagar Alam/Suaka Margasatwa Bawean, yaitu di Blok
Gunung Besar, Blok Gunung Mas, dan Pulau Cina. Hasilnya, pada 2014 jumlah rusa
terpantau sebanyak 275 ekor, lalu bertambah 325 ekor pada 2015, dan turun
sedikit jadi 305 ekor pada 2016. Tiada data pemantauan 2013.
“Dari
hasil monitoring rusa bawean itu, jumlah rusa bawean di
habitatnya, yaitu Pulau Bawean, diprediksi tidak mengalami perubahan berarti
dalam pemantauan berikutnya,” ujar Ayu, bekas Kepala Balai Besar Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
Ayu
melanjutkan, kegiatan pemantauan elang jawa dilakukan di tiga lokasi, yaitu
Blok Hutan Banyulinu Kawasan Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup di
Kabupaten Banyuwangi; Blok Hutan Pancur Perkebunan Kalisat di Kabupaten
Bondowoso, serta Cagar Alam Gunung Picis di Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo.
Tidak
sekadar memantau, Balai Besar KSDA bekerja sama dengan Pertamina Terminal BBM
Surabaya juga melepasliarkan seekor elang jawa jantan berusia 19 bulan di Cagar
Alam Gunung Picis pada 15 Desember 2016. Pelepasan dilakukan oleh Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.
Elang itu merupakan sitaan Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 3 Juli 2015 dan telah melalui proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Yogyakarta selama sekitar 17 bulan.
Elang itu merupakan sitaan Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 3 Juli 2015 dan telah melalui proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Yogyakarta selama sekitar 17 bulan.
Sedangkan
pemantauan kakatua kecil jambul kuning dilakukan di Pulau Masakambing,
Kabupaten Sumenep. Hasil pemantauan menunjukkan jumlah kakatua itu stabil.
Pada
2013 terpantau 22 ekor, lalu bertambah seekor jadi 23 ekor pada 2014, berkurang
lagi seekor jadi 22 ekor pada 2015, dan akhirnya kembali jadi 23 ekor pada
tahun lalu.
Sebelumnya,
pada awal 2015, KLHK melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) menyatakan 25 satwa liar terancam punah apabila tidak segera mendapat perlindungan dan
dikelola secara intensif dan berkelanjutan.
Untuk
mencegahnya, KLHK menargetkan peningkatan populasi 25 spesies satwa langka
itu hingga 10 persen dalam lima tahun mendatang. Untuk mencapainya, pemerintah
tidak hanya berfokus pada penangkaran dan pelepasliaran satwa. Target
penambahan populasi juga disesuaikan dengan kondisi biologis dan ketersediaan
habitat.Direktur KKH Bambang Dahono Aji saat itu menyatakan instansinya akan menggiatkan konservasi satwa liar di luar habitat atau ex-situ dengan memindahkan sebagian populasi dari suatu habitat yang terancam ke lokasi baru yang lebih aman. ABDI PURMONO
CATATAN:
Berita terkait juga saya tulis di media siber Proklamasi dengan judul Empat Satwa Liar di Jawa Timur Diprioritaskan Populasinya Bertambah, Senin, 16 Januari 2017, pukul 13.31 WIB.
http://proklamasi.co/sainstek/empat-satwa-liar-jawa-timur-diprioritaskan-populasinya-bertambah/
0 Komentar