Bob Marley (Sumber: Youtube) |
DI tengah malam ini saya kepikiran mau menulis untuk blog. Namun, kebanyakan ide justru membuat otak saya nyaris macet dan membeku, tak tahu apa yang mau ditulis.
Eh, saya justru mendapat ide saat menatap tanaman markisa yang menjuntai-juntai. Sebuah ide untuk berceloteh, celoteh picisan asal-asalan yang muncul begitu saja di kepala. Celotehan ini pengingat bagi saya pribadi supaya berhati-hati dan tidak sembarangan memainkan jempol saat bermedia sosial, bahwa mulutmu harimaumu, jempolmu celakamu.
Begini celotehan terbaru saya:
Menyebarkan informasi bohong (hoax), ujaran kebencian, fitnah, dan provokasi dapat menyebabkan kanker hati, serangan jantung, dan gangguan jiwa pada pelakunya.
Lalu, dua celotehan di bawah ini masing-masing sudah saya tulis lebih dulu di akun facebook saya.
Senin, 28 November 2016, pukul 11.01 WIB
Kemerdekaan berpendapat dan berekspresi merupakan hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, UUD 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tapi, apabila ada di antara kawan-kawan saya di facebook atau media sosial lainnya—baik yang sudah saya kenal langsung maupun masih sebatas pertemanan di jagat maya—terus asyik menyampaikan ujaran kebencian, mengirim meme dan video yang mengandung SARA penuh fitnah, saya tak segan-segan memutus hubungan pertemanan di facebook dan media sosial lainnya.
Jadi tukang kritik lebih bagus dan mulia daripada jadi pembenci dan tukang fitnah. Mengkritik pakai argumentasi, tapi pembenci tak membutuhkannya. Dasarnya sudah jadi pembenci, kebenaran apa pun dari orang-orang yang tidak sepaham dan sehaluan dengannya takkan bisa diterima.
Aneh tapi nyata. Sekarang era pengguna media sosial berkuasa sampai kita kesulitan membedakan mana informasi faktual mana informasi bohong (hoax). Media sosial sudah mirip zona liar yang berbahaya.
Dan yang waras mengalah saja...
Ahad, 6 November 18.37 WIB
Pepatah Inggris: Many are schooled but few are educated, banyak orang bersekolah tapi sedikit yang berpendidikan.
Heboh-heboh sepekan ini menjadi pelajaran sangat berharga agar setiap orang harus semakin berhati-hati bermedia sosial. Medsosmu harimau kamu. Jangan bunuh akal sehatmu. Jangan butakan matahatimu.
KH Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah: fanatisme itu dekat dengan kebodohan. Sudah, begitu saja. Saya mau nyeruput kopi dulu... :)
Nah, karena tiga celotehan di atas tidak bermutu, Anda tak usah serius banget membacanya; jangan pula sampai baper dan marah-marah. Anggap saja saya sedang melantur akibat kurang piknik dan mengalami disorientasi waktu.
Tapi, bila Anda menganggap celotehan saya bagus dan perlu, ya syukur alhamdulillah. Anda anggap jelek pun bukan masalah karena aslinya saya memang jelek dan menyebalkan.
Tapi, bila Anda menganggap celotehan saya bagus dan perlu, ya syukur alhamdulillah. Anda anggap jelek pun bukan masalah karena aslinya saya memang jelek dan menyebalkan.
No baper no cry...
0 Komentar