SUASANA hening dan tenang menjelang pembacaan nama para pemenang Gunma Cup II. Suasana kembali meriah seusai Kimura Nanami mengumumkan tiga nama pemenang kontes esai dan pidato bahasa Jepang itu di Gedung Aula Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya pada Ahad, 13 November 2016.
Gunma
Cup diselenggarakan oleh International Institute for Multicultural Studies
(IIMS) yang bekerja sama dengan Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas
Brawijaya. Gunma Cup II di Malang diadakan sejak Sabtu, 12 November 2016. Setelah
di Malang, kegiatan serupa akan diadakan di Busan, Korea Selatan, 26-27
November tahun yang sama.
Fenty
Shofia Rodhila, mahasiswa Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas
Brawijaya, menjadi juara pertama dengan pidato berjudul Kotoba wa Tsunagaru tame no Mono atau Bahasa sebagai Penghubung. Juara kedua diraih Benny Wijaya dari
Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Yapari, Bandung. Benny menyampaikan pidato
berjudul Nihon to Indonesia no Tsunagari
alias Hubungan antara Jepang dan
Indonesia. Posisi ketiga ditempati Yesi Aprilia dari Universitas Gadjah
Mada (UGM). Yesi menyampaikan pidato bertajuk Ai wo chokusetsu Tsutaetai, yang berarti Ingin Menyampaikan Sayang secara Langsung.
Selain
dari Universitas Brawijaya, STBA Yapari, dan UGM, peserta lainnya berasal dari
Universitas Mercu Buana (Jakarta), Universitas Kristen Maranatha (Bandung),
Universitas Negeri Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung),
Universitas Bina Nusantara (Jakarta), Universitas Diponegoro (Semarang), dan
Universitas Darma Persada (Jakarta).
Menurut
Cahyaningrum, selama Gunma Cup berlangsung, Presiden IIMS Profesor Takao Ota dan delapan mahasiswa Jepang—termasuk Kimura Nanami—berada di Kota Malang sebagai panitia dan juri. Mereka dibantu panitia lokal yang berjumlah delapan orang, campuran dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Jepang FIB Universitas Brawijaya.
Gunma Cup merupakan ajang seleksi untuk program 多文化交流 (Tabunka Kouryuu atau Pertukaran Budaya). Profesor Ota mengatakan, Gunma Cup bertujuan memberi kesempatan kepada para mahasiswa yang mempelajari bahasa Jepang untuk mengunjungi “Negeri Sakura” demi meningkatkan pemahaman multikulturalisme, mempererat hubungan antarbudaya, dan sekaligus mempromosikan daerah Gunma. Pemahaman multikultarisme dan eratnya hubungan antarbudaya bisa menjaga perdamaian dunia.
Gunma Cup merupakan ajang seleksi untuk program 多文化交流 (Tabunka Kouryuu atau Pertukaran Budaya). Profesor Ota mengatakan, Gunma Cup bertujuan memberi kesempatan kepada para mahasiswa yang mempelajari bahasa Jepang untuk mengunjungi “Negeri Sakura” demi meningkatkan pemahaman multikulturalisme, mempererat hubungan antarbudaya, dan sekaligus mempromosikan daerah Gunma. Pemahaman multikultarisme dan eratnya hubungan antarbudaya bisa menjaga perdamaian dunia.
Seluruh
pemenang Gunma Cup di Malang dan Busan akan mengikuti program Pertukaran Budaya
di Gunma selama sepuluh hari pada Februari 2017. Semua biaya keberangkatan dan
kepulangan, serta akomodasi, ditanggung IIMS.
IIMS
adalah organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang hubungan persahabatan internasional
yang berkantor pusat di Kota Annaka, Prefektur Gunma, Jepang. Prefektur
sederajat provinsi. Kota Gunma berada di barat Tokyo.
IIMS menjalin kerja sama dengan Program Studi Sastra Jepang FIB UB sejak 2007.
Tiap tahun IIMS mengunjungi Kota Malang bersama rombongan mahasiswa Jepang dan
melakukan pelbagai kegiatan untuk saling bertukar budaya bersama dengan
mahasiswa FIB UB. Kerja sama ini kemudian dikukuhkan dengan penandatanganan
nota kesepahaman atau memorandum of
understanding antara IIMS dan Universitas Brawijaya pada 2011.
Jadi
tidak mengherankan bila Gunma Cup pertama pun dilaksanakan di FIB UB dilaksanakan
pada Sabtu-Minggu, 23-24 Mei 2015. Para pemenang edisi perdana Gunma Cup diajak mengunjungi Gunma
sepanjang 10-20 Agustus 2015.
Sama
dengan hadiah Gunma Cup I, para pemenang Gunma Cup II juga diajak mengunjungi lokasi
Tomioka Silk Mill, situs bersejarah yang ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO sebagai warisan
dunia pada 2014.
Pada zaman dulu, daerah Tomioka menjadi pusat produksi sutra (silk) di Jepang. Hingga kini di Tomioka masih terdapat peninggalan permukiman, gedung pabrik dan tempat budidaya kepompong. Tempat budidaya ini menyerupai gua (fuketsu). ABDI PURMONO
Pada zaman dulu, daerah Tomioka menjadi pusat produksi sutra (silk) di Jepang. Hingga kini di Tomioka masih terdapat peninggalan permukiman, gedung pabrik dan tempat budidaya kepompong. Tempat budidaya ini menyerupai gua (fuketsu). ABDI PURMONO
0 Komentar