Puncak Semeru, Rabu, 5 Juni 2013. Foto-foto: ABDI PURMONO |
Balai
Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) membatasi usia pendaki ke
Gunung Semeru. Pendaki yang boleh memasuki kawasan pendakian dari Ranupani
hingga ke puncak Gunung Semeru harus berusia sepuluh sampai 60 tahun.
Pembatasan usia dilakukan berdasarkan alasan kesehatan. Pendakian Semeru sepanjang 55 kilometer pergi-pulang menuntut kondisi fisik dan mental yang benar-benar prima. Jalur pendakian Semeru memiliki kelerengan 30 sampai 75 persen.
“Selama
Juni kemarin ada tiga kecelakaan, satu orang di antaranya meninggal akibat
serangan jantung. Dua orang lagi mengalami cidera ringan. Itulah sebabnya kami
mengharuskan pengunjung membawa surat keterangan sehat dari dokter,” kata
Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari kepada saya Senin, 1 Juli 2013.
Pendaki
tewas bernama Bakuh Subagio, 56 tahun. Warga Pongangan, Gresik, kena serangan
jantung saat memasuki Pos Landengan Dowo (pos kedua dari sepuluh pos pendakian)
pada Kamis, 6 Juni 2013. Bakuh dievakuasi ke Pos Ranupani, lalu dibawa ke rumah
sakit di Kecamatan Tumpang, Malang, dan meninggal di sana.
Ibu Ayu
memaparkan, jalur pendakian tersusah bisa dijumpai di sepanjang rute pendakian;
antara lain saat menapaki rute Watu Rejeng-Ranu Kumbolo, saat mendaki
“Tanjakan Cinta” dari Ranu Kumbolo ke Oro-Oro Ombo, rute Cemoro Kandang hingga
Jambangan, serta dari Kalimati ke Mahameru, puncak Gunung Semeru.
Saya hanya punya sedikit pengalaman mendaki ke wilayah Gunung Semeru. Di akhir Juni 2012 saya dan beberapa teman cuma mampu sampai di Ranu Kumbolo, danau terluas dan terindah dalam kawasan TNBTS.
Kesempatan mendaki sampai ke puncak saya dapat 3-5 Juni tahun ini. Saya dan tujuh teman berangkat bersama rombongan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang dipimpin Bapak Basah Hernowo, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, serta rombongan TNBTS yang dipimpin Ibu Ayu.
Dari pengalaman itu bisa saya pastikan bahwa rute naik dari Kalimati ke Mahameru,
yang melewati Pos Arcopodo, merupakan rute tersusah dan terberat. Banyak
pendaki yang urung naik ke puncak gara-gara kehabisan tenaga saat melintasi
Arcopodo sampai batas vegetasi—disebut Khelik (nama salah seorang pendaki yang
tewas)—atau saat menapaki punggung Semeru yang berpasir.
Ranu Kumbolo, Selasa, 4 Juni 2013. |
Tiga-empat
kali saya menjumpai anak-anak berusia kurang dari 10 tahun diajak
orangtuanya mendaki. Bahkan, menurut Ibu Ayu, di awal Juni lalu ada pasangan yang
membawa bayi sehingga dilarang naik.
“Selain tak aman di rute pendakian, kondisi bayi juga sangat rentan terhadap cuaca dingin antara 5 sampai 15 derajat Celsius. Orangtuanya itu memang sayang, tapi salah kaprah caranya,” ujar Ibu Ayu.
“Selain tak aman di rute pendakian, kondisi bayi juga sangat rentan terhadap cuaca dingin antara 5 sampai 15 derajat Celsius. Orangtuanya itu memang sayang, tapi salah kaprah caranya,” ujar Ibu Ayu.
Namun,
peningkatan jumlah pengunjung juga berdampak buruk terhadap lingkungan.
Mayoritas pengunjung tak peduli kebersihan sehingga sampah menjadi masalah
utama. Sampah yang dibawa pulang oleh pendaki Semeru selalu sedikit,
tidak sebanding saat pengecekan di Pos Ranupani.
Ibu Ayu
menegaskan, dia dan anak buahnya akan lebih bersikap tegas dan memperketat
pengawasan terhadap pengunjung. Pemeriksaan ketat diberlakukan di Ranu Pani.
Berada
di ketinggian 2.200 meter dari permukaan laut, Ranu Pani menjadi pos
perizinan dan pengecekan bagi semua pengunjung. Pengunjung yang datang
berombongan cukup diwakili pemimpin regu atau kelompok dengan menyerahkan
fotokopi kartu tanda penduduk, daftar nama pengunjung, surat keterangan sehat,
dan daftar barang bawaan pengunjung.
Selain
pembatasan usia, ketentuan yang diperketat antara lain keharusan bagi
pengunjung membawa pulang sampah seusai mendaki. Pendaki yang ketahuan
sembarangan membuang sampah akan dikenakan denda Rp 100 ribu. ***
3 Komentar
pembaca sekalian, foto diriku yang duduk ditengah pakai tutup kepala warna biru bunga-bunga..hehehe. Dan beruntung tidak termasuk pendaki yang dibatasi masuk Semeru..xixixixi
Balaswalah, arek iki malah memperkenalkan diri koyok caleg ae. :)
BalasMenilai Kualitas Ayam Melalui Indra Penglihatan
BalasAyam Aduan Sekarang Dikatakan Paling Sadis