Anggrek selop (Paphiopedilum glaucophyllum), maskot Kebun Raya Purwodadi Kamis, 28 April 2008 Foto-foto: ABDI PURMONO |
LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil menemukan sembilan spesies baru anggrek dari 2009 sampai sekarang.
Menurut Destario Metusala, Peneliti Kebun Raya Purwodadi, dari sembilan jenis baru anggrek, delapan jenis merupakan tanaman endemik Indonesia. Satu jenis lagi dari Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia. Anggrek-anggrek itu didokumentasikan oleh Kebun Raya Purwodadi, kebun raya di Kabupaten Pasuruan yang bernaung di bawah LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Menurut Destario Metusala, Peneliti Kebun Raya Purwodadi, dari sembilan jenis baru anggrek, delapan jenis merupakan tanaman endemik Indonesia. Satu jenis lagi dari Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia. Anggrek-anggrek itu didokumentasikan oleh Kebun Raya Purwodadi, kebun raya di Kabupaten Pasuruan yang bernaung di bawah LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Anggrek
kesembilan yang ditemukan LIPI adalah anggrek bernama ilmiah Malleola inflata Metusala & P.O'Byrne. Anggrek ini hasil observasi rutin bertahun-tahun terhadap koleksi
anggrek yang didapat dari pedalaman Kalimantan Barat pada 2006 oleh tim
eksplosari Kebun Raya Purwodadi. Penemuan anggrek Malleola inflata sudah dipublikasikan di jurnal internasional Malesian Orchid Volume 11 yang terbit pada akhir Februari lalu.
Namun,
lokasi penemuan anggrek sengaja tidak disebutkan. “Demi kepentingan konservasi,
maka lokasi penemuannya kami rahasiakan,” kata Destario kepada saya, Jumat, 1 Maret 2013. Destario peneliti spesialis botani, agronomi,
dan taksonomi anggrek.
Sebelumnya,
pada Juli 2012, LIPI mengumumkan penemuan anggrek mini dari Kalimantan Barat
bernama ilmiah Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J. Wood. Dendrobium
mucrovaginatum merupakan jenis anggrek dataran rendah yang rajin berbunga
sepanjang tahun dan sangat potensial disilangkan untuk mendapatkan anggrek
komersial. Spesies anggrek ini sangat digemari kolektor karena ukurannya yang
mini menghemat tempat.
Peneliti
muda lulusan Jurusan Agronomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta itu merinci, pada 2009 LIPI menemukan Dendrobium
floresianum Metusala & P.O’Byrne dari Flores, Nusa Tenggara Timur,
serta Dipodium brevilabium Metusala & P.O’Byrne dari Papua.
Pada 2010
ditemukan tiga spesies baru anggrek dari Pulau Kalimantan, yakni Dendrobium
kelamense Metusala, P.O’Byrne & J.J. Wood; Dendrobium
dianae Metusala, P.O’Byrne & J.J. Wood, serta Dendrobium
flos-wanua Metusala, P.O'Byrne & J.J.Wood.
Lalu, pada
2012, ditemukan Vanda frankieana Metusala & P.O’Byrne dan Dendrobium
mucrovaginatum. Di tahun yang sama, ditemukan satu jenis anggrek Gunung
Kinabalu, yakni Cleisocentron
kinabaluense Metusala & J.J.Wood. Ephitet
atau julukan “kinabaluense” menandakan lokasi asal spesimen anggrek itu. Cleisocentron kinabaluense ditemukan
lebih dulu dari Dendrobium mucrovaginatum.
Destario Metusala, Jumat, 1 Maret 2013 |
“Penemuan sembilan
jenis anggrek itu tentunya akan semakin meningkatkan scientific value dari koleksi Kebun Raya Purwodadi sekaligus
menambah panjang daftar diversitas flora yang dimiliki Indonesia,” ujar Rio,
panggilan akrab peneliti berusia 30 tahun itu.
Ia
menjelaskan, Pulau Kalimantan menjadi salah satu kawasan yang menyimpan banyak misteri pengetahuan,
terutama pengetahuan keanekaragaman hayati. Perkembangan taksonomi anggrek
selama ini telah mencatat lebih dari 1.800 nama taksa yang berasal dari
Kalimantan. Jenis-jenis baru yang hampir setiap tahun muncul dari belantara
Kalimantan mengindikasikan bahwa belantara pedalaman Kalimantan masih menyimpan
kekayaan hayati yang belum dikenal oleh khalayak ilmuan dunia.
Ironisnya,
kekayaan melimpah itu terancam oleh laju degradasi hutan akibat kegiatan
pembukaan perkebunan dan pertambangan. Kegiatan ini menyulitkan riset eksplorasi
dan inventarisasi diversitas tumbuhan di Kalimantan. ABDI PURMONO
0 Komentar