Dwi Cahyono Foto: ABDI PURMONO |
Menurut Dwi, acara peresmian museum tersebut dilakukan bertepatan dengan ulang tahun Kota Malangke-98. Dwi berharap museum tersebut menjadi museum yang representatif untuk memahami sejarah Malang dengan lebih utuh dan mudah.
Rumah kuno yang diubah menjadi museum tersebut milik Pemerintah Kota Malang yang lama tak digunakan. Lokasinya berdekatan dengan Balai Kota Malang dan bersebelahan dengan Restoran Museum Inggil kepunyaan Dwi. Atas seizin pemerintah daerah setempat, rumah kuno seluas 1.000 meter persegi itu kini direnovasi menjadi 20 ruang pamer museum.
Dwi menjelaskan, pembangunan museum sudah diirintis sejak 10 tahun silam. Semula Dwi mengajak banyak pihak tapi pengerjaan museum beberapa kali batal sampai akhirnya Dwi memberanikan diri membiayai sepenuhnya pembangunan museum. “Pembangunan maupun pengelolaan museum harus ditangani oleh orang-orang yang benar-benar mencintai museum,” kata penggagas Festival Malang Kembali atau Festival Malang Tempo Doeloe itu.
Museum dibangun berkonsep sesuai urutan waktu sejarah Kota Malang, mulai zaman purbakala, penemuan pertama fondasi kota pada 1716 oleh Pemerintah Hindia Belanda, zaman revolusi 1945-1949, hingga sekarang.
Para pengunjung diperbolehkan berpose atau berfoto bersama barang koleksi sehingga terkesan lebih ramah. Dwi melakukan penataan dan pola pengelolaan yang bisa membuat museum disukai sekaligus menghilangkan kesan angker yang kerap melekat pada sebuah museum. Karena itu museum dilengkapi tempat pemutaran film dokudrama tentang sejarah Malang di ruang kaleidoskop.
Dwi yang juga Ketua Dewan Kesenian Kota Malang, menjelaskan, barang koleksi yang terlindung kaca disusun atau diletakkan sesuai diorama perjalanan sejarah atau perjalanan waktu yang memudahkan semua pengunjung memahami sejarah Malang Raya, khususnya Kota Malang.
Saat ini Malang Raya terdapat sejumlah museum. Di antaranya Museum Brawijaya di Jalan Besar Ijen 25 yang dikelola Kodam V/Brawijaya yang merupakan museum sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia yang didirikan pada 5 Mei 1968.
Ada pula Museum Bentoel di Jalan Wiromargo 32, di kawasan Pecinan. Sesuai namanya, pembangunan museum ini memang didedikasikan untuk mengabadikan sejarah berdirinya pabrik rokok Bentoel milik keluarga Ong Hok Liong.
Museum yang lain adalah Museum Satwa di Kota Batu, dan Museum Zoologi Frater Vianney di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Namun menurut Dwi, idealnya di Malang Raya harus pula dilengkapi museum kesenian yang menyajikan sejarah topeng dan batik Malangan, dan ludruk Srimulat. ABDI PURMONO
http://www.tempo.co/read/news/2012/03/19/199391183/Museum-Malang-Tempo-Doeloe-Segera-Dioperasikan
0 Komentar