Foto-foto: ABDI PURMONO |
KORAN TEMPO, Jumat, 18 April 2008
Mereka sangat girang, tertawa, saling mengusili, dan saling menggoda. Berisik bukan main. Mereka pun buru-buru pasang tampang dan gaya termanis begitu tahu ada handycam dan kamera digital yang mengarah ke mereka.
Anak-anak dari sebuah sekolah dasar swasta asal Jombang itu memang sedang asyik masyuk bermain di kawasan agrowisata kebun teh Wonosari, Malang.
Muhammad Muizzul Hafidh, sang guru pembina, sengaja mengajak murid-muridnya berwisata ke tengah alam agar mereka mendapat kebebasan jiwa serta kegembiraan dalam mencari, memilih, dan melakukan sendiri apa pun yang mereka suka. "Daripada mengajak mereka ke pusat belanja," katanya.
Kebun teh ini dulunya milik perusahaan Belanda, NV Culture Maatschappy, pada 1875 sampai 1919. Lalu, pada 1998, kebun ini dikonsep ulang menjadi agrowisata. Penggagasnya adalah bekas Direktur Sumber Daya Manusia PT Perkebunan Nusantara XII Soebiarto (almarhum).
Manajer Wilayah III Malang PT Perkebunan Nusantara XII Suhadak mengisahkan kebun teh Wonosari merupakan aplikasi dari uji coba agrowisata Kali Klathak di Banyuwangi. Di tempat ini, pengelola mengajak wisatawan untuk mengenali dunia tanaman, khususnya teh.
Kebun teh Wonosari terbentang di dua desa, Toyomerto di Kecamatan Singosari dan Wonorejo di Kecamatan Lawang. Luasnya sekitar 629 hektare dan terletak di kaki Gunung Arjuno pada ketinggian 950-1.250 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-26 derajat Celsius. Tak mengherankan kalau udara di tempat ini sangat sejuk.
Untuk menemukan tempat ini tidaklah terlalu sulit. Dari Kota Malang, jaraknya sekitar 31 kilometer di sebelah utara. Jika Anda dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya, lama perjalanan kurang-lebih dua jam ke arah selatan dengan jarak tempuh hampir 90 kilometer.
Selain bisa menghirup udara sejuk, Anda akan disuguhi segala tetek bengek mengenai teh, dari pemetikan daun, pengangkutan, pengolahan, hingga pengemasan sebagai produk yang dijual. Menyaksikan proses pembuatan teh bisa menjadi pengalaman yang amat impresif.
Tak hanya wisatawan domestik yang sering berkunjung ke tempat ini. Turis asing juga doyan berkunjung ke tempat ini. Selain melakukan tea walk sepanjang 3-10 kilometer, biasanya para bule ini ingin tahu lebih banyak soal proses pembuatan teh. "Kami menyediakan tempat khusus (bagi turis asing) untuk minum teh," kata Budi Styo Iriawan, Manajer Kebun Teh Wonosari.
Dalam kurun Mei-Juni tahun lalu, tercatat sekitar 442 bule yang berkunjung ke tempat ini. Mereka berasal dari Belanda, Cekosovakia, Jerman, Austria, Malaysia, dan Belgia. Mereka bahkan betah tinggal 3-4 hari di tempat ini.
Tak salah jika Anda mencoba berwisata ke tempat ini bersama keluarga untuk menghilangkan penat setelah lelah melakukan rutinitas.
Anak-anak dari sebuah sekolah dasar swasta asal Jombang itu memang sedang asyik masyuk bermain di kawasan agrowisata kebun teh Wonosari, Malang.
Muhammad Muizzul Hafidh, sang guru pembina, sengaja mengajak murid-muridnya berwisata ke tengah alam agar mereka mendapat kebebasan jiwa serta kegembiraan dalam mencari, memilih, dan melakukan sendiri apa pun yang mereka suka. "Daripada mengajak mereka ke pusat belanja," katanya.
Kebun teh ini dulunya milik perusahaan Belanda, NV Culture Maatschappy, pada 1875 sampai 1919. Lalu, pada 1998, kebun ini dikonsep ulang menjadi agrowisata. Penggagasnya adalah bekas Direktur Sumber Daya Manusia PT Perkebunan Nusantara XII Soebiarto (almarhum).
Manajer Wilayah III Malang PT Perkebunan Nusantara XII Suhadak mengisahkan kebun teh Wonosari merupakan aplikasi dari uji coba agrowisata Kali Klathak di Banyuwangi. Di tempat ini, pengelola mengajak wisatawan untuk mengenali dunia tanaman, khususnya teh.
Kebun teh Wonosari terbentang di dua desa, Toyomerto di Kecamatan Singosari dan Wonorejo di Kecamatan Lawang. Luasnya sekitar 629 hektare dan terletak di kaki Gunung Arjuno pada ketinggian 950-1.250 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-26 derajat Celsius. Tak mengherankan kalau udara di tempat ini sangat sejuk.
Untuk menemukan tempat ini tidaklah terlalu sulit. Dari Kota Malang, jaraknya sekitar 31 kilometer di sebelah utara. Jika Anda dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya, lama perjalanan kurang-lebih dua jam ke arah selatan dengan jarak tempuh hampir 90 kilometer.
Selain bisa menghirup udara sejuk, Anda akan disuguhi segala tetek bengek mengenai teh, dari pemetikan daun, pengangkutan, pengolahan, hingga pengemasan sebagai produk yang dijual. Menyaksikan proses pembuatan teh bisa menjadi pengalaman yang amat impresif.
Tak hanya wisatawan domestik yang sering berkunjung ke tempat ini. Turis asing juga doyan berkunjung ke tempat ini. Selain melakukan tea walk sepanjang 3-10 kilometer, biasanya para bule ini ingin tahu lebih banyak soal proses pembuatan teh. "Kami menyediakan tempat khusus (bagi turis asing) untuk minum teh," kata Budi Styo Iriawan, Manajer Kebun Teh Wonosari.
Dalam kurun Mei-Juni tahun lalu, tercatat sekitar 442 bule yang berkunjung ke tempat ini. Mereka berasal dari Belanda, Cekosovakia, Jerman, Austria, Malaysia, dan Belgia. Mereka bahkan betah tinggal 3-4 hari di tempat ini.
Tak salah jika Anda mencoba berwisata ke tempat ini bersama keluarga untuk menghilangkan penat setelah lelah melakukan rutinitas.
Tempat ini mematok tiket Rp 7.500 per orang pada hari biasa dan Rp 8.000 ribu pada hari libur nasional atau Ahad. Harga karcis untuk sepeda motor dan mobil masing-masing Rp 1.500 dan Rp 2.500.
Mengenai penginapan, di sini terdapat sekitar 18 wisma dengan 86 kamar. Harganya bervariasi, ada yang Rp 1 juta, Rp 900 ribuan, Rp 171 ribu, ada pula yang Rp 120 ribuan ribu per malam. Setiap wisma atau kamar dilengkapi televisi, air panas dan dingin buat mandi.
Fasilitas lain yang ada di tempat ini berupa aula pertemuan berkapasitas 40 dan 60 orang dengan harga sewa Rp 500 ribu dan Rp 800 ribu.
Juga tersedia lapangan tenis yang bisa disewa dengan mengeluarkan kocek Rp 300 ribu per hari atau Rp 75 ribu per dua jam.
Selain itu, pengunjung bisa berenang sepuasnya dengan membayar Rp 8.000 per orang pada Senin sampai Sabtu dan Rp 10 ribu per orang pada hari libur nasional atau Ahad. ABDI PURMONO
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/04/18/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20080418.128466.id.html
0 Komentar