Pembacaan Deklarasi HUMAN oleh Dwidjo Utomo Maksum. Sumber foto: HUMAN/Kediripedia.com. |
PUKUL
lima sore lebih sepuluh menit. Syam Terajana gegas berdiri di atas panggung. Anggota
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo ini meniup harmonika dan melantangkan
ujaran-ujaran dalam langgam irama dan aksentuasi mirip seorang dukun sedang merapal
mantra.
Berselang
lima menit, pria bernama tulen Syamsul Huda M. Suhari itu memanggil 19
koleganya di AJI satu per satu untuk naik ke atas panggung hingga semua orang
di atas panggung berjumlah 20 orang. Mereka berasal dari 15 kota; empat orang
di antaranya berasal dari Kota Padang, Sumatera Barat, dan dua orang berasal
dari Kota Malang, Jawa Timur.
Berikutnya
Dwidjo Utomo Maksum dari Kota Kediri tampil ke depan untuk membacakan pernyataan
pembentukan Himpunan Media Alternatif Nusantara (HUMAN). Usai dibaca, resmilah
mereka menjadi deklarator HUMAN.
Pendeklarasian
HUMAN dilakukan di atas panggung utama Festival Media AJI. Festival ini
diadakan di Grha Soloraya, Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis petang, 23 November
2017. Deklarasi HUMAN disaksikan Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono dan staf
sekretariat AJI Indonesia, sejumlah anggota dan pengurus AJI Kota, serta pegiat
pers kampus dan jurnalisme warga.
Acara
pendeklarasian HUMAN berlangsung sederhana, lucu, dan seru tanpa menggerus maksud
dan tujuannya yang esensial.
HUMAN
didirikan untuk mewadahi sekaligus sebagai jaringan bagi media yang dikelola
secara mandiri dan tidak melulu berorientasi pada keuntungan bisnis. Sikap dasar
HUMAN beranjak dari keprihatinan terhadap kondisi media arus utama atau mainstream yang cenderung lebih
menomorsatukan kepentingan pragmatis untuk mencetak laba sebanyak-banyaknya
hingga mengabaikan independensi dan profesionalitas.
“Dari
interaksi dan keprihatinan yang sama, sejumlah jurnalis menginisiasi lahirnya
media online yang berusaha menarik
kembali fungsi pers sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat. Ini
merupakan tindakan alternatif untuk menjaga marwah media massa,” demikian
penggalan deklarasi yang dibacakan Dwidjo, pendiri media siber Kediripedia.
Secara
pribadi, Dwidjo menegaskan HUMAN bukanlah pesaing yang berniat dan ingin menggembosi organisasi
sejenis, seperti Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang mayoritas
penggagasnya juga anggota AJI.
HUMAN
tidak menafikan upaya sejumlah jurnalis, khususnya jurnalis anggota AJI, yang
bergiat membangun dan mengembangkan media siber atau online media menjadi perusahaan pers besar dengan model media kapitalis.
Media begitu memang harus tetap tumbuh. Namun, menggarap media berbasis konten
unik dan inspiratif seperti yang dilakukan oleh para penggagas HUMAN, juga
menjadi keharusan agar pers tetap berada pada koridornya yang hakiki.
“Media
alternatif merupakan bentuk perlawanan konstruktif terhadap kehidupan pers di
Tanah Air yang serba formalitas,” kata Dandhy Dwi Laksono, salah seorang
deklator yang juga pendiri Indonesia Biru.
Kehadiran
HUMAN diharapkan makin mewarnai keberagaman media, mampu mengembangkan media
yang aktif menyuarakan aspirasi pihak-pihak yang berkondisi marjinal,
terpinggirkan dan terabaikan. Spirit ini tertera sebagai slogan HUMAN: yang tak berdaya juga perlu media; yang tak
bersuara juga perlu media; yang tak berkuasa juga perlu media; yang tak berdana
juga perlu media, serta yang tak sama
juga perlu media.
Kendati
merupakan media alternatif, Syofiardi Bachyul Jb dari Jurnalis Travel menekankan bahwa seluruh media pers anggota HUMAN tetap
harus memahami Undang-Undang Pers, mematuhi Kode Etik Jurnalistik, serta mampu menghasilkan
produk jurnalistik yang sesuai dengan etos kerja kewartawanan.
Suwarjono
mengapresiasi pembentukan HUMAN karena spiritnya sejalan dengan visi dan misi
AJI. Ia pun berminat untuk mengembangkan sendiri media alternatif dan bergabung
di HUMAN.
“Supaya
informasi mengenai daerah saya juga bisa terpublikasi secara luas karena sulit
mengandalkan media nasional untuk menyuarakannya,” kata Suwarjono.
Berikut
ini salinan lengkap Deklarasi HUMAN:
Pertumbuhan dan
perkembangan media massa arus utama yang terus mewabah seperti cendawan di
musim basah melahirkan sejumlah risiko terpinggirkannya nilai perjuangan dan
kemanusiaan. Fungsi media yang salah satunya menjadi medan inspirasi, tergerus
kepentingan pragmatis. Situasi ini memang tidak bisa dihindari. Tapi tentu saja
perlu keseimbangan agar varian media tetap saling mendukung dan melengkapi.
Dari interaksi dan
keprihatinan yang sama, sejumlah jurnalis di seluruh wilayah Indonesia
menginisiasi lahirnya media siber atau media online yang berusaha menarik kembali fungsi
pers sebagai penampung dan penyalur inspirasi aspirasi masyarakat. Ini merupakan
tindakan alternatif untuk menjaga marwah media massa.
Banyak kawan
seperjuangan yang membangun media siber rintisan agar menjadi perusahaan besar
dengan capaian model media kapitalis. Dan itu tentu juga harus tumbuh. Tapi menggarap
media berbasis konten unik dan inspiratif adalah suatu keharusan agar pers
tetap selamat.
Dalam sejumlah
perjumpaan, para pengelola media siber alternatif sepakat berhimpun dalam suatu
wadah agar spirit yang dipilih terus terjaga dan profesionalitas kian terasah. Wadah
tersebut bernama HUMAN (Himpunan Media Alternatif Nusantara).
Kami berharap
kehadiran HUMAN bisa mendorong keberagaman media dan menjadi wadah
berkembangnya media yang menyalurkan dan menginformasikan suara-suara dan
kondisi masyarakat yang terabaikan.
Yang tak berdaya,
juga perlu media.
Yang tak bersuara,
juga perlu media.
Yang tak berkuasa,
juga perlu media.
Yang tak berdana,
juga perlu media.
Yang tak sama, juga
perlu media.
Solo, Kamis, 23
November 2017
Hormat kami,
Deklarator HUMAN
2. Aries Munandar (www.peladangkata.com, Pontianak)
3. Furqon (www.gangsiput.com,
Yogyakarta)
4. Dwidjo Utomo Maksum (www.kediripedia.com, Kediri)
5. Eko Widianto (www.terakota.id, Malang)
6. Abdi Purmono (www.batikimono.com, Malang)
13. Eliza Gusmeri
(www.seniberjalan.com, Batam)
14. Novi Abdi (www.inibalikpapan.com,
Balikpapan)
16. Aidil Ichlas (www.sumbarkita.com
Padang)
0 Komentar